Tuesday, 29 May 2012

Tombol Share Melayang di Blog

mo buat tombol share melayang di blog. ini caranya........
Untuk langkah-langkahnya sangatlah mudah, lihat sebagai berikut

1. Masuk Blogger.com
2. Pilih icon "Go to post list" ->> Layout/ tata letak
3. Tambah Gadget HTML/ JavaScript
4. Masukkan kode berikut
 <!-- floating page sharers Start-->  
 <style type="text/css">  
 #pageshare {position:fixed; bottom:15%; margin-left:-71px; float:left; border-radius:5px;-moz-border-radius:5px;-webkit-border-radius:5px;background-color:#F2F2F2;padding:0 0 2px 0;z-index:10;}  
   
 #pageshare .sbutton {float:left;clear:both;margin:5px 5px 0 5px;}  
 .fb_share_count_top {width:48px !important;}  
 .fb_share_count_top, .fb_share_count_inner {-moz-border-radius:3px;-webkit-border-radius:3px;}  
 .FBConnectButton_Small, .FBConnectButton_RTL_Small {width:49px !important; -moz-border-radius:3px;/*bs-fsmsb*/-webkit-border-radius:3px;}  
 .FBConnectButton_Small .FBConnectButton_Text {padding:2px 2px 3px !important;-moz-border-radius:3px;-webkit-border-radius:3px;font-size:8px;}  
 </style>  
   
 <div id='pageshare' title="Share to Your Friends">  
 <div style="clear: both;font-size: 16px;text-align:center;">  
 </div>  
 <div class='sbutton' id='gplusone'>  
 <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/plusone.js"></script>  
   
 <g:plusone size="tall"></g:plusone>  
 </div>  
 <div class='sbutton' id='fb'>  
 <a name="fb_share" type="box_count" href="http://www.facebook.com/sharer.php">Share</a><script src="http://static.ak.fbcdn.net/connect.php/js/FB.Share" type="text/javascript"></script>  
 </div>  
 <div class='sbutton' id='rt'>  
 <script src="http://tweetmeme.com/i/scripts/button.js" type='text/javascript'></script>  
 </div>  
   
 <div class='sbutton' id='rw'>  
 <div class="addthis_toolbox addthis_default_style ">  
 <a class="addthis_counter"></a>  
 </div>  
 <script type="text/javascript" src="http://s7.addthis.com/js/300/addthis_widget.js#pubid=ra-4d764bd843e747be"></script>  
 <a href=" http://berbagi-kreativitas.blogspot.com/2012/01/buat-tombol-multi-share-blog.html"/>Get this</a>  
 <!-- floating page sharers End --></div></div>  
5. Simpan dan selesai.

Sunday, 6 May 2012

Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)


Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together)

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a)      Pembentukan kelompok;
b)      Diskusi masalah;
c)      Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :
Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh  Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
1.      Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2.      Memperbaiki kehadiran
3.      Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4.      Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5.      Konflik antara pribadi berkurang
6.      Pemahaman yang lebih mendalam
7.      Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
8.      Hasil belajar lebih tinggi

Contextual Teaching and Learning (CTL)


Contextual Teaching and Learning (CTL)


Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga apa yang dipelajari akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan.
CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya.
 Berdasarkan pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam lingkungan seperti itu, para siswa dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan, memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat terkena panas atau terkena dingin.
Roger dan David Johnson bahwa ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yaitu : saling ketergantungan positif, tanggungjawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok
Kata kunci pembelajaran kooperatif adalah :
1.      Tim
2.      Pengelolaan Kerjasama
3.      Keinginan untuk bekerjasama melalui pengerjaan serangkaian tugas dan penghargaan
4.      Keahlian untuk bekerjasama
5.      Interaksi yang simultan
6.      Terdiri dari serangkaian tahapan yang berbeda dalam setiap model (Kagan 1992)
Tehnik-teknik yang dapat dipakai dalam pembelajaran model kooperatif learning adalah :
1.      Examples no examples
2.      Numbered heads together (NHT)
3.      Cooperative script
4.      Student teams-achieved divisions (STAD)
5.      Jigsaw (model tim ahli)
6.      Mind mapping
7.      Debat
8.      Write Pair Square
9.      Think Pair Square
10.  Role playing, dll.
 Examples no examples adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan guru gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para  siswa untuk memperhatikan dan menganalisa gambar, dilanjutkan presentasi. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan lembar kerja/hasil diskusinya. Siswa lain berkomentar dan kesimpulan. Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang pada lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan  akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen  dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Skrip Kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
STAD, merupakan salah satu system pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan.Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
Model dari Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga untuk menngkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tida hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi juga memberikan dan mengajarkan materi kepada anggotanya.
Map mapping dimana menuliskan tema utama sebagai titik central/tengah dan memikirkan cabang- cabangnya. Siswa mempelajari dimulai dari fokus terhadap tema yagn utama sedang kita pelajari.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Write-Pair-Square adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif dengan cara : siswa mula-mula bekerja sendiri, kemudian setelah itu mendiskusikan hasil kerjanya dengan temannya secara berpasangan lalu mereka membahas ulang pekerjaannya dalam kelompok yang terdiri dari empat orang. Terakhir siswa mendiskusikan pekerjaannya bersama-sama didalam kelas dipimpin guru (Kagan 1992)
Two Stay Two Spray adalah salah satu teknik pembelajaran kooperatif dengan cara : siswa mula-mula bekerja didalam kelompok, yang terdiri dari empat orang lalu dua diantaranya menjadi tamu ke kelompok lain untuk membahas dan mengecek hasil pekerjaan kelompok yang didatangi sementara dua siswa tinggal dalam kelompok untuk menerima kunjungan dari kelompok lain guna melakukan hal yang sama, setelah kegiatan itu siswa kembali ke kelompok asal dan terakhir mendiskusikan hasil kerjasanya secara klasikal.
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian
.