Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL)
adalah sistem pembelajaran yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun
pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis
dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan
agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek,
yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang
sehingga apa yang dipelajari akan dihayati dan diterapkan dalam tugas
pekerjaan.
CTL disebut pendekatan kontektual karena
konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota masyarakat. Menurut teori pembelajran kontekstual, pembelajaran terjadi
hanya ketika siswa (peserta didik) memproses informasi atau pengetahuan baru
sedemikian rupa sehingga dapat terserap kedalam benak mereka dan mereka mampu
menghubungannya dengan kehidupan nyata yang ada di sekitar mereka. Pendekatan
ini mengasumsikan bahwa pikiran secara alami akan mencari makna dari hubungan
individu dengan lingkungan sekitarnya.
Berdasarkan
pemahaman di atas, menurut metode pembelajaran kontekstual kegiatan
pembelajaran tidak harus dilakukan di dalam ruang kelas, tapi bisa di
laboratorium, tempat kerja, sawah, atau tempat-tempat lainnya. Mengharuskan
pendidik (guru) untuk pintar-pintar memilih serta mendesain linkungan belajar
yang betul-betul berhubungan dengan kehidupan nyata, baik konteks pribadi,
sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, serta lainnya, sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya.
Dalam lingkungan seperti itu, para siswa
dapat menemukan hubungan bermakna antara ide-ide abstrak dengan aplikasi
praktis dalam konteks dunia nyata; konsep diinternalisasi melalui menemukan,
memperkuat, serta menghubungkan. Sebagai contoh, kelas fisika yang mempelajari
tentang konduktivitas termal dapat mengukur bagaimana kualitas dan jumlah bahan
bangunan mempengaruhi jumlah energi yang dibutuhkan untuk menjaga gedung saat
terkena panas atau terkena dingin.
Roger dan David Johnson bahwa ada lima unsur model
pembelajaran kooperatif yaitu : saling ketergantungan positif, tanggungjawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok
Kata kunci pembelajaran kooperatif adalah :
1.
Tim
2.
Pengelolaan Kerjasama
3.
Keinginan untuk bekerjasama melalui pengerjaan serangkaian tugas dan
penghargaan
4.
Keahlian untuk bekerjasama
5.
Interaksi yang simultan
6.
Terdiri dari serangkaian tahapan yang berbeda dalam setiap model (Kagan
1992)
Tehnik-teknik yang dapat dipakai dalam pembelajaran
model kooperatif learning adalah :
1.
Examples no examples
2.
Numbered heads together (NHT)
3.
Cooperative script
4.
Student teams-achieved divisions (STAD)
5.
Jigsaw (model tim ahli)
6.
Mind mapping
7.
Debat
8.
Write Pair Square
9.
Think Pair Square
10. Role playing, dll.
Examples no examples adalah siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok dan guru gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran/KD. Guru
memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada para siswa untuk memperhatikan
dan menganalisa gambar, dilanjutkan presentasi. Tiap kelompok diberi kesempatan
membacakan lembar kerja/hasil diskusinya. Siswa lain berkomentar dan
kesimpulan. Kelompok dengan nilai tertinggi diberi reward (misal tanda bintang
pada lembar kerja) lalu ditempel di dinding kelas
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Skrip Kooperatif adalah metode
belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan
bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
STAD, merupakan salah satu
system pembelajaran kooperatif yang di dalamnya siswa dibentuk kedalam kelompok
belajar yang terdiri dari empat atau lima anggota yang mewakili siswa dengan
tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Guru memberikan pelajaran dan
selanjutnya siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing untuk memastikan
bahwa semua anggota kelompok telah menguasai pelajaran yang diberikan.Kemudian
siswa melaksanakan tes atas materi yang diberikan dan mereka harus mengerjakan
sendiri tanpa bantuan siswa lainnya.
Model dari Jigsaw didesain
untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan
juga untuk menngkatkan tanggung jawab siswa terhadap pembelajaran sendiri dan
juga pembelajaran orang lain. Siswa tida hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi juga memberikan dan mengajarkan materi kepada anggotanya.
Map mapping dimana menuliskan
tema utama sebagai titik central/tengah dan memikirkan cabang- cabangnya. Siswa
mempelajari dimulai dari fokus terhadap tema yagn utama sedang kita pelajari.
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih,
baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan
masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang
jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Write-Pair-Square adalah salah satu
teknik pembelajaran kooperatif dengan cara : siswa mula-mula bekerja sendiri,
kemudian setelah itu mendiskusikan hasil kerjanya dengan temannya secara
berpasangan lalu mereka membahas ulang pekerjaannya dalam kelompok yang terdiri
dari empat orang. Terakhir siswa mendiskusikan pekerjaannya bersama-sama
didalam kelas dipimpin guru (Kagan 1992)
Two Stay Two Spray adalah salah satu
teknik pembelajaran kooperatif dengan cara : siswa mula-mula bekerja didalam
kelompok, yang terdiri dari empat orang lalu dua diantaranya menjadi tamu ke
kelompok lain untuk membahas dan mengecek hasil pekerjaan kelompok yang
didatangi sementara dua siswa tinggal dalam kelompok untuk menerima kunjungan
dari kelompok lain guna melakukan hal yang sama, setelah kegiatan itu siswa
kembali ke kelompok asal dan terakhir mendiskusikan hasil kerjasanya secara
klasikal.
Bermain peran pada prinsipnya
merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peranperan
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian.
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian.
Comments
Post a Comment