HAKIKAT PEMBELAJARAN

BAB II
PEMBAHASAN
HAKIKAT PEMBELAJARAN
A.    Pendidikan, Pengajaran dan Pembelajaran
Menurut paham konvensional, pendidikan dalam arti sempit diartikan sebagai bantuan kepada anak didik terutama pada aspek moral atau budi pekerti.  Sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan keterampilan. Pada perkembangan  pendidikan di Indonesia, kita mengenal paedagogik, didaktik dan metodik yang memuat prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, yang mengikat pendidik dalam member bantuan secara normative maupun teknis kepada anak didik.
Istilah pengajaran artinya menimbulkan belajar dan dapat diartikan juga instruction. Instruction adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi pembelajar sedemikian rupa sehingga pembelajar tersebut memperoleh kemudahan (Briggs, 1992).  Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak sebagai seperangkat peristiwa sehingga terjadi proses belajar. Dengan demikian pendidikan, pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang tidak berbeda, perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran ataupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.

B.      Hubugan Teori belajar dan Pembelajaran 
Teori belajar adalah konsep-konsep dan prinsip-prinsip-prinsip  belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui eksperimen. Teori belajar berfungsi menjelaskan apa, mengapa dan bagaimana proses belajar terjadi pada pembelajar.
Teori pembelajaran merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar, dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran. Teori pembelajaran akan menjelaskan bagaimana menimbulkan pengalaman belajar dan bagaimana pula menilai dan memperbaiki metode dan teknik yang tepat. Teori pembelajaran yang demikian itu memungkinkan pendidik untuk :
1.      Mengusahakan lingkungan yang optimal untuk belajar
2.      Menyusun bahan ajar
3.      Memilih strategi mengajar yang optimal dan apa alasannya
4.      Membedakan antara alat Audio Visual Aid (AVA) yang sifatnya pilihan dan AVA lain yang sifatnya esensial untuk membelajarkan para peserta didik. (Davies, 1986:22)

C.    Pengertian Pembelajaran
Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Dalam pembelajaran, pendidik harus benar-benar mampu menarik perhatian peserta didik agar mampu mencurahkan seluruh energinya sehingga dapat melakukan aktivitas belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan.
Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta didik itu memperoleh kemudahan (Briggs, 1992)
Gagne (1981) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan peserta didik memproses informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai tujuan belajar, pendidik hendaknya benar-benar menguasai cara-cara merancang belajar agar peserta didik mampu belajar secara optimal.
Beberapa teori belajar mendiskripsikan pembelajaran sebagai berikut :
1.      Usaha pendidik membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku peserta didik.
2.      Cara pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir agar memahami apa yang dipelajari.
3.      Memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.  
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara pendidik dengan peserta didik, atau antar peserta didik. Proses komunikasi dilakukan secara verbal (lisan) dan dapat pula secara nonverbal , seperti penggunaan computer dalam pembelajaran. Esensi pembelajaran adalah ditandai oleh serangkaian kegiatan komunikasi.
Komunikasi dalam pembelajaran ditujukan untuk membantu proses belajar. Aktivitas komunikasi itu dapat dilakukan secara mandiri, yakni seperti mengkaji buku, melakukan kegiatan dilaboratorium atau menyelesaikan proyek inkuiri, dan dapat pula dilakukan secara berkelompok seperti halnya proses pembelajaran di kelas. Keuntungan dari pembelajaran mandiri adalah bahwa peserta didik pada akhirnya mampu menggunakan keterampilan dan strategi pengelolaan belajar mandiri.

D.    Ciri- Ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung di dalam sistem pembelajaran, ialah:
1.    Rencana, ialah penataan ketenagaan , material, dan prosedur, yang merupakan unsur- unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
2.    Kesalingtergantungan, antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan . Tiap unsur bersifat esensial, dan masing- masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
3.    Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai. Tujuan utama sistem pembelajaran supaya siswa belajar.


E.     Pendekatan Sistem Pembelajaran
Secara tradisional, proses pembelajaran melibatkan pendidik, peserta didik dan buku ajar (textbooks). Pembelajaran dapat ditafsirkan sebagai penyampaian isi pelajaran ke dalam otak peserta didik dengan cara tertentu dan mereka akan melacak kembali informasi yang telah diterima pada waktu menghadapi ujian. Dengan model ini, cara memperbaiki  pembelajaran adalah memperbaiki kemampuan pendidik dengan cara pendidik mempelajari banyak pengetahuan dan metode penyampaian isi pelajaran kepada peserta didik.
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem. Tujuan sistem adalah menghasilkan belajar, atau memberikan sarana penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen sistem itu adalah pendidik, peserta didik, materi pembelajaran, dan lingkungan belajar.
Hasil penggunaan pandangan sistem dalam  pembelajaran adalah memandang pentingnya peranan komponen-komponen di dalam proses pembelajaran. Komponen-komponen itu harus berinteraksi secara efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
F.     Komponen-komponen Pembelajaran
1.      Tujuan
Tujuan yang secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan pembelajaran adalah instructional effect biasanya berupa pengetahuan, dan keterampilan atau sikap yang dirumuskan secara.
TPK dirumuskan akan mempermudah dalam menentukan kegiatan pembelajaran yang tepat.  Setelah peserta didik melakukan proses belajar,-mengajar, selain memperoleh hasil belajar, mereka akan memperoleh dampak pengiring berupa pengetahuan, tenggang rasa, kecermatan dalam berbahasa dan sebagainya.

2.      Subjek belajar
Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek.  Sebagai subyek karena peserta didik adalah individu yang melakukan proses belajar-mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar. Partisipasi aktif subyek belajar dari pihak peserta didik berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Maka, diperlukan perencanaan pembelajaran yang efektif tentang diagnosis kesulitan belajar dan analisis tugas.

3.      Materi pelajaran.
Materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komprehensif, terorganisir secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.
Materi dalam sistem pembelajaran berada dalam Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan buku sumber. Maka, pendidik hendaknya dapat memilih dan mengorganisasikan materi pelajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung intensif.

4.      Strategi pembelajaran
Dalam penerapan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih model-model pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat, pendidik mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik peserta didik, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.
5.      Media pembelajaran
Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.
Metode digunakan dalam kegiatan instruksional antara lain karena : (1) media dapat memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata menjadi dapat dilihat dengan jelas, (2) dapat menyajikan benda yang jauh dari subyek belajar, (3) menyajikan peristiwa yang komplek, rumit dan berlangsung cepat menjadi sistematik dan sederhana, sehingga mudah diikuti (Suparman, 1995)

6.      Penunjang 
Komponen penunjang adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya. Komponen belajar berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran.

G.    Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Apabila pembelajaran itu ditinjau dari segi internal dan eksternal maka teori pembelajaran atau instruksional adalah penerapan prinsip-prinsip teori belajar, tingkah laku, dan prinsip pengajaran dalam usaha mencapai tujuan belajar dengan penekanan pada prosedur yang telah terbukti berhasil secara konsisten (Sukamto, 1995)
1.      Prinsip pembelajaran bersumber dari teori behavioristik (Hartley & Davies, 1978)
Pembelajaran yang dapat menimbulkan proses belajar dengan baik apabila :
a.       Peserta didik dapat berpartisipasi dengan aktif
b.      Materi disusun dalam bentuk unit-unit kecil dan diorganisir secara sistematis dan logis
c.       Tiap respon peserta didik diberi balikan dan disertai penguatan.
2.      Prinsip pembelajaran bersumber dari teori kognitif
Railley dan Lewis (1983) menjelaskan delapan prinsip pembelajaran yang digali dari teori kognitif Bruner dan Ausuble yaitu bahwa pembelajaran akan lebih bermakna apabila :
a.       Menekankan akan makna dan pemahaman
b.      Mempelajari materi tidak hanya proses pengulangan, tetapi perlu disertai proses transfer secara lebih luas.
c.       Menekankan adanya pola hubungan, seperti bahan dan arti, atau bahan yang telah diketahui dengan struktur kognitif.
d.      Menekankan pembelajaran prinsip dan konsep.
e.       Menekankan struktur disiplin ilmu dan struktur kognitif.
f.       Obyek pemblajaran seprti apa adanya dan tidak disederhanakan dalam bentuk eksperimen dalam situasi laboratoris.
g.      Menekankan pentingnya bahasa sebagai dasar pikiran dan komunikasi
h.      Perlunya memanfaatkan pengajaran perbaikan yang lebih bermakna 

3.      Prinsip pembelajaran dari teori humanisme
Menurut teori humanistik, belajar adalah bertujuan memanusiakan manusia.

4.      Prinsip pembelajaran dalam rangka pencapaian ranah tujuan.
Ranah tujuan pembelajaran dapat dibedakan atas ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
a.       Prinsip pengaturan kegiatan kognitif
Cara mengatur kegiatan kognitif dengan menggunakan sistematika alur pikir dan sistematik proses belajar itu sendiri.
b.      Prinsip pengaturan kegiatan afektif
Pembelajaran pengaturan kegiatan afektif perlu memperhatikan dan mengaplikasikan tiga pengaturan kegiatan afektif.
 Faktor conditioning yaitu perilaku pendidik yang berpengaruh terhadap rasa senang atau rasa benci peserta didik terhadap pendidik.  Faktor behavior modification pemberian penguatan seketika. Faktor human model yaitu contoh berupa orang yang dikagumi dan dipercaya para peserta didik. Dalam mengaplikasikan  prinsip tersebut hendaknya dikaitkan dengan fase belajar sikap. Yaitu fase motivasi, konsentrasi, pengolahan dan balikan.
c.       Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik.
Pembelajaran pengaturan kegiatan psikomotorik mementingkan faktor latihan, penguasaan prosedur gerak-gerik, dan prosedur koordinasi anggota badan. Untuk itu diperlukan pembelajaran fase kognitif.  

5.      Prinsip pembelajaran konstruktivisme   
Menurut kontruktivisme, belajar adalah proses aktif peserta didik dalam mengkontruksi arti, wacana, dialog, pengalaman fisik dalam proses belajar tersebut terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang sudah dipelajari.
Prinsip yang nampak dalam pembelajaran konstruktivisme ialah :
a.       Pertanyaan dan kostruksi jawaban peserta didik adalah penting.
b.      Berlandaskan beragam sumber informasi materi dapat dimanipulasi para peserta didik.
c.       Pendidik lebih bersikap interaktif dan berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi peserta didik dalam proses belajar-mengajar.
d.      Program pembelajaran dibuat bersama peserta didik agar mereka benar-benar terlibat dan bertanggung jawab (konstraksi pembelajaran)
e.       Strategi pembelajaran, student-centered learning, dilakukan dengan belajar aktif, belajar mandiri, koperatif dan kolaboratif.

6.      Prinsip pembelajaran bersumber dari azas mengajar.
Bertolak dari pengertian bahwa keberhasilan mengajar perlu diukur dari bagaimana partisipasi peserta didik dalam proses belajar-mengajar dan seberapa hasil yang dicapai. Dalam menjawab dua permasalahan tersebut ahli-ahli didaktik mengarahkan perhatian kepada tingkah laku pendidik sebagai organistor proses belajar-mengajar. Maka timbullah azas-azas mengajar, yaitu suatu kaidah bagi pendidik-pendidik dalam bertingkah laku mengajar agar lebih berhasil. Azas-azas mengajar itu bermacam-macam, diantaranya Mandigers dari Belanda  dan Mursell dari Amerika Serikat.

a.    Mandigers
Prinsip-prinsip mengajar ini lebih dikenal dengan nama azas-azas didaktik. Menurut  Mandigers, agar anak mudah dan berhasil dalam belajar, pendidik harus memperhatikan :
1)        Prinsip aktivitas mental
2)        Prinsip menarik perhatian
3)        Prinsip penyesuaian perkembangan murid
4)        Prinsip peragaan
5)        Prinsip aktivitas motorik. Selain hal tersebut, ahli pendidikan lain menambahkan prinsip korelasi dan lingkungan
6)        Prinsip aktifitas mental
Belajar hendaknya menimbulkan aktivitas mental. Pendekatan pembelajaran dengan prinsip CBSA dikatakan sangat sesuai dengan prinsip aktivitas mental.
7)        Prinsip menarik perhatian
Apabila dalam belajar mengajar peserta didik penuh perhatian kepada bahan yang dipelajari, maka hasil belajar akan lebih meningkat dan tidak cepat lupa.  
8)        Prinsip penyesuaian perkembangan anak
Anak akan lebih tertarik perhatiannya bila bahan pelajaran disesuaikan dengan perkembangan subyek belajar.
9)        Prinsip Appersepsi
Prinsip ini memberikan petunjuk bahwa dalam mengajar pendidik hendaknya mengkaitkan materi yang akan dipelajari dengan apa yang sudah diketahui sehingga bahan pelajaran mudah diserap. Prinsip ini biasanya dilaksanakan pada pendahuluan pelajaran/pembukaan.
10)    Prinsip peragaan
Prinsip peragaan memberikan pedoman bahwa dalam mengajar hendaknya digunakan alat peraga agar proses belajar tidak verbalitas. Proses pembelajaran dengan alat peraga akan menghasilkan hasil belajar lebih jelas dan tidak lekas lupa. 
11)    Prinsip aktivitas motivasi
Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Makin kuat motivasi seseorang dalam belajar makin optimal dalam melakukan aktivitas belajar. Dalam mengaplikasikan prinsip ini pendidik dapat melakukan :
a)        Menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak
b)        Menghubungkan pelajaran dengan pengalaman anak
c)        Memilih berbagai metode mengajar yang tepat.
Belajar yang berhasil adalah bila anak dalam melakukan belajar belajar berlangsung secara inrensip dan optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang lebih bersifat permanen.
Proses belajar yang demikian itu akan terwujud bila ada dukungan dari situasi peserta didik, dimana prinsip peragaan, apperseps, korelasi, dapat dilaksanakan secara terintegrasi.
b.    Marsell
Marsell (1954) mengemukakan bahwa pembelajaran yang sukses, perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar berikut :
1)      Prinsip konteks
Caranya dengan mengkaitkan materi bahan pelajaran dengan konteksnya dalam arti hubungan sesama konsep, hubungan konsep dengan fakta, konsep dengan guna/fungsi. Dengan prinsip ini peserta didik akan tahu konteks tiap bahan yang dipelajari.
2)      Prinsip focus
Caranya pendidik dalam membahas dan menjelaskan materi suatu pokok bahasan tertentu perlu ada materi pokok bahasan sebagai pusat pembahasan. Dalam prakteknya kedua prinsip tersebut hendaknya dilaksanakan secara seimbang sehingga saling melengkapi, karena kedua prinsip tersebut merupakan criteria mengajar yang efektif.
3)      Prinsip sekuens
Mengajar dengan prinsip sekuens adalah bahwa materi pengajaran hendaknya disusun secara urut sistematis dan logis sehingga mudah dipelajari. Urutan bahan pelajaran itu sendiri hendaknya memberikan kemudahan peserta didik dalam kegiatan belajar. Untuk memenuhi prinsip tersebut pendidik perlu mengidentifikasi kegiatan mana yang lebih dahulu dan mana yang kemudian.  Penyusunan urutan kegiatan tersebut harus memenuhi syarat sistematis dan logis.
4)      Prinsip Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan terintegrasi dalam pembelajaran. Kegiatan evaluasi berfungsi mempertinggi efektivitas belajar. Karena dapat mendorong peserta didik belajar dan memungkinkan pendidik untuk memperbaiki cara mengajarnya.
5)      Prinsip individualistis
Melaksanakan prinsip individualisasi diwujudkan dalam bentuk pendidik dalam mengajar memperhatikan adanya perbedaan individu para peserta didik. Perbedaan individu tersebut berimplikasi dalam pemberian pelayanan belajar, seperti bimbingan belajar, tugas-tugas dan sebagainya.
6)      Prinsip Sosialisasi
Prinsip sosialisasi menekankan pendidik dalam mengajar hendakya dapat menciptakan suasana belajar yang menimbulkan adanya saling kerja sama antar peserta didik dalam mengatasi masalah belajar. Cara tersebut akan memperoleh keuntungan :
a)      Dapat membina dan mengembangkan kepribadian terutama sikap demokrasi
b)      Pengetahuan anak akan bertambah kokoh sebab dalam proses belajar akan terjadi saling menerima dan memberi.

BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.    Pendidikan, pengajaran dan pembelajaran mempunyai hubungan konseptual yang tidak berbeda, perbedaannya pendidikan memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran ataupun pembelajaran, dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.
2.    Teori pembelajaran merupakan implementasi prinsip-prinsip teori belajar, dan berfungsi untuk memecahkan masalah praktis dalam pembelajaran.
3.    Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujua pembelajaran.
4.    Suatu sistem pembelajaran mempunyai tiga ciri utama, ialah memiliki rencana khusus, kesalingterantungan antara unsur- unsurnya, dan tujuan yang hendak dicapai.
5.    Unsur minimal dalam sistem pembelajaran adalah siswa, tujuan dan prosedur. Sedangkan fungsi guru dapat dialihkan kepada media penggganti.
6.    Komponen-komponen dalam pembelajaran terdiri dari tujuan, subyek belajar, meteri pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran, serta penunjang.
7.     
B.     Saran










DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Rifa’i, Achmad dan Anni, Chatarina Tri. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang: Universitas Negeri Semaran Press

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS DAN WEWENANG ORGANISASI SPBU

DAFTAR SMP SE KABUPATEN KUDUS

Mangkunegara IV (Sembah dan Budiluhur)