“SURVEI PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI WARNET”
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
“SURVEI
PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA
DI
WARNET”
Bidang Kegiatan:
PKM Penelitian
oleh
:
Arum Novitasari (7101410188/2010)
Rossi Yunieka (7101410220/2010)
Lia Novita Sari (7101410105/2010)
Meinar Tiara (2601411096/2011)
Arum Novitasari (7101410188/2010)
Rossi Yunieka (7101410220/2010)
Lia Novita Sari (7101410105/2010)
Meinar Tiara (2601411096/2011)
ABSTRAK
Istilah adolescence atau remaja berasal dari
kata Latin dolescere (kata bendanya, adoescentia yang berarti remaja yang
berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Masa remaja dalam pembentukan
hubungan- hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis, dan dalam
memainkan perannya dalam seks. Hal ini datang dari tekanan- tekanan sosial
tetapi terutama dari minat remaja pada seks dan keingintahuannya tentang seks.
Keingintahuan dan perilaku seks remaja dalam seringkali di warnet. Warnet di
Indonesia sendiri didesain berbentuk bilik-bilik pribadi yang tertutup. Desain
warnet tersebut ternyata memberi dampak negatif. Diantaranya bagi kalangan
remaja yang menggunakan fasilitas tersebut untuk mengakses hal- hal yang
negatif, contohnya web- web untuk dewasa, selain itu adanya masa perkembangan
dimana remaja pada fase pubertas yang ingin tahu tentang segala hal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran mengenai perilaku seks bebas yang dilakukan remaja di warnet.
penelitian ini menggunakan metode deskriptif presentase dengan random sampling.
Instumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun sendiri
berdasarkan teori bentuk- bentuk perilaku seksual menurut Hurlock (2004) dan
Santrock (2003). Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 398 remaja. Adapun
remaja yang menjadi sampel terdiri dari 201 remaja usia 13-15 tahun dan 197
remaja 16-18 tahun dan tinggal di Kabupaten Kudus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dari 201 remaja usia 13-15 tahun di Kabupaten Kudus, 79 remaja (39,3%)
diantaranya pernah berpegangan tangan di warnet, 57 remaja (28,4%) diantaranya
pernah berpelukan di warnet, 52 remaja (25,9%) yang mengaku pernah melakukan
perilaku necking di warnet dan 50
remaja (24,9%) yang pernah meraba bagian sensitif tubuh remaja di warnet.
sedangkan dari 197 remaja usia 16-18 tahun di Kabupaten Kudus, 102 remaja
(51,8%) diantaranya pernah berpegangan tangan di warnet, 59 remaja (29,9%)
diantaranya pernah berpelukan di warnet, 58 remaja (24,4%) yang mengaku pernah
melakukan perilaku necking di warnet
dan 65 remaja (33%) yang pernah meraba bagian sensitif tubuh remaja di warnet
Kabupaten Kudus.
Kata kunci: remaja,
warnet, dan perilaku seksual
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Warung
Internet atau yang sering disingkat dengan warnet banyak digunakan untuk
mengakses data dan informasi. Di negara-negara atau daerah-daerah maju yang
akses internetnya sudah ada pada hampir setiap rumah, warnet jarang didapatkan
dan mahal tarifnya. Di daerah perkotaan (urban) sebuah warnet memiliki
nama-nama umum panggilan lain seperti; Net Cafe, Cyber Cafe, atau pusat permainan dalam jaringan dimana sambungan internetnya
dikhususkan untuk melakukan permainan komputer dalam jaringan. Di daerah atau
pinggir kota umumnya lebih dikenal sebagai telecenter. Di Indonesia sekarang pemakai layanan akses
internet tidak hanya dapat dinikmati oleh kalangan atas saja, tetapi dapat dinikmati
pengguna internet di semua kalangan. Warnet sekarang tidak hanya digunakan
untuk mencari informasi dari penyedia layanan data, tetapi dewasa ini warnet
memiliki telah menjadi candu bagi remaja. Warnet di Indonesia sendiri didesain
berbentuk bilik-bilik pribadi yang tertutup. Desain warnet tersebut ternyata
memberi dampak negatif. Diantaranya bagi kalangan remaja yang menggunakan
fasilitas tersebut untuk mengakses hal- hal yang negatif, contohnya web- web
untuk dewasa, selain itu adanya masa perkembangan dimana remaja pada fase
pubertas yang ingin tahu tentang segala hal. Selanjutnya keinginan itu
berorientasi untuk mencoba apa yang dilihat dari situs- situs dewasa internet
sehingga cenderung lebih mudah jika remaja melakukan seks bebas di dalam warnet.
Selain itu kami pernah membaca tentang penelitian yang dilakukan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) tentang seks dikalangan remaja.
Menurut
penelitian di atas, menunjukkan bahwa di kota Palembang, Kupang, Tasikmalaya,
Cirebon dan Singkawang jumlah remaja yang melakukan hubungan seks diluar nikah
pada tahun 2006 sukup tinggi. Sekitar 9,1% remaja telah melakukan hubungan seks
pranikah dan 85% sisanya melakukan hubungan seks pertama mereka pada usia 13-15
tahun di rumah mereka dengan pacar (BKKBN 2006). Hal ini mendorong kami untuk
melakukan penelitian terhadap usia antara 15 tahun- 17 tahun atau usia- usia
remaja anak SMP dan SMA. Oleh karena latar belakang di atas maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan judul “Survei Perilaku
Seks Bebas Remaja Di Warnet”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini difokuskan
pada apa saja perilaku seks bebas yang dilakukan remaja di warnet?
C.
Tujuan
Penelitian
Meningkatnya
perilaku seks bebas yang dilakukan oleh kelompok usia dengan menggunakan warnet
sebagai tempat melakukan seks bebas merupakan hal serius. Atas dasar alasan di
atas, kami ingin melakukan penelitian ini, agar dapat ditemukan berbagai
treatment, formula serta langkah antisipatif keluarga dan masyarakat untuk
merespon perubahan yang sangat cepat ini.
D.
Luaran
yang Diharapkan
Luaran
dalam penelitian ini diharapkan menghasilkan kajian ilmiah tentang sejauh mana
kerusakan moral dan dampak seks bebas di kalangan remaja yang dilakukan di
warnet.
E.
Kegunaan
Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara teoretis, penelitian
ini diharapkan mampu memberikan sebuah kajian ilmiah tentang kerusakan
moral dan dampak seks bebas di warnet.
2.
Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberikan pemahaman baru bagi
masyarakat tentang kerusakan moral remaja
melakukan seks bebas di warnet serta pemahaman tentang cara pengawasan terhadap
remaja.
II.
METODE
PENDEKATAN
3.1. Instrumen Penelitian
Dalam
Sugiyono (2011:92) instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel
yang diteliti. Pertanyaan tersebut disusun berdasarkan Hurlock (2004), Sarwono
(2010) dan Santrock (2003).
Skala
pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Guttman. Skala
pengukuran dengan tipe ini akan dapat jawaban yang tegas yaitu “ya-tidak”
Sugiyono (2011:96).
Metode
Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
presentase. Jenis penelitian deskriptif dalam penelitian ini adalah penelitian
survei dengan menggunakan cross sectional
survey, dimana penelitian dilakukan pada satu waktu tertentu.
2.2.
Validitas
dan Reliabilitas Instrumen
Dengan metode
“split-half” (masih dengan satu tes),
suatu tes dibagi menjadi dua bagian yang sama tingkat kesukarannya, sama isi
dan bentuknya. Kemudian dilihat skor masing- masing bagian peruhan tes tersebut
dan dicari korelasinya.
2.3.
Populasi
dan Sampel
Ukuran
sample menggunakan rumus Slovin dan didapat sampel sebanyak 398 remaja, terdiri
atas 201 (usia 13-15 th) dan 197 (usia 16-18 th)
2.4.
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah responden diminta untuk mengisi.
III.
PELAKSANAAN
PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat pelaksanaan
Penelitian
ini dilaksanakan di Kabupaten Kudus. peneliti mengambil objek remaja usia 13-
15 tahun dan usia 16-18 tahun. Penelitian dimulai pada 30 Maret 2013 hingga tanggal
2 Juni 2013.
3.2.
Tahapan
Pelaksanaan
1.
Studi Pendahuluan Observasi Daerah
Sasaran (30 Maret- 1 April 2013)
2.
Penentuan Populasi dan Sampel Objek (5
April 2013)
3.
Penyusunan Instrumen Penelitian (13
April- 20 April 2013)
4.
Uji Coba Instrumen Penelitian (21 April-13
April 2013)
5.
Evaluasi Uji Coba (27April- 29 April
2013) dan Pelaksanaan Penelitian (3 Mei-26 Mei 2013)
6.
Tabulasi Data Penelitian (27 Mei- 2
Juni 2013)
7.
Analisis Data Penelitian dan Pembahasan
Hasil Penelitian (3 Juni- 18 Juni 2013)
IV.
PEMBAHASAN
PENELITIAN
Dalam
perkembangan remaja, seks tidak dapat dipisahkan dan akan selalu ada di
dalamnya. Hal ini dikarenakan saat usia remaja merupakan salah satu masa ingin
tahu yang begitu besar. Sesuai dengan masanya, remaja mulai tertarik dan
memiliki hubungan heteroseksual dengan pasangannya. Faktor yang mempengaruhi
perilaku seks bebas di kalangan remaja, diantaranya, yaitu: 1) perubahan hormon
seksual pada remaja, 2)norma agama yang melarang seks sebelum menikah tapi bagi
remaja yang tidak dapat menahan hawa nafsu akan cenderung melanggar norma, 3)
Semakin canggihnya teknologi informasi (internet) menyebabkan penyebaran
informasi secara cepat dan mudah, baik informasi yang bersifat positif dan
negatif (Sarwono:2004) Banyak hal yang dapat mempengaruhi remaja untuk melakukan perilaku
seksual namun sebagai manusia yang beragama dan tinggal dalam kehidupan bermasyarakat, kita
perlu memperhatikan bagaimana tuntunan dan nilai-nilai agama serta pranata
sosial yang ada di sekelilingnya. Terutama yang erat hubungannya dengan
penyaluran dan pengendalian dorongan seks yang sedang melanda diri remaja.
Tanpa memperhatikan hal tersebut berarti remaja tersebut telah mengabaikan
tuntutan nilai dan moral yang terdapat dalam lingkungannya. Keadaan ini
merupakan suatu hal yang sangat tercela bagi masyarakat yang sehat dan masih
memegang teguh nilai-nilai luhur. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan remaja untuk
mengendalikan dorongan seksnya, diantaranya seperti : a) Menjauhkan diri dari
semua yang dapat merangsang seks secara
tidak alami, b) Menyiapkan program-program untuk mengisi waktu luang, c)
Membimbing dan menguatkan keinginan, d) Tindakan preventif secara total, e)
Dukungan iman.
Sebagaimana
internet mempengaruhi perilaku seksual remaja di Kabupaten Kudus, dimana warnet
menjadi salah satu tempat dalam mengakses informasi sekarang ini digunakan
remaja lokasi untuk melakukan perilaku seks bebas. Selain itu Suwarjo (2011)
menilai warung internet (Warnet) sebagai pemicu remaja melakukan hubungan
seksual di luar nikah. Kerawanan utamanya terjadi pada Warnet yang menyediakan
tempat tertutup pada konsumennya. Dunia seks bebas yang dulu hanya diidentikkan
di kamar- kamar hotel, vila, losmen, diskotik, dan ikon- ikon dunia para orang
berduit kini merambah ruang- ruang bebas dan tempat umum. Fasilitas ruangan ber-AC, webcam, headset
dengan musik MP3, film, kursi sofa, dan ruangan bilik yang privasi menjadi
dambaan konsumen. Kini Warnet dijadikan tempat mesum karena terlalu privasinya
ruang atau bilik warnet. Para konsumen dapat dengan bebasnya melakukan
aktivitas apa saja di dalam bilik itu. Hal ini ditunjukkan dari hasil
penelitian ini, 33,8% remaja usia 13- 15 tahun dan 36% remaja usia 16-18 tahun
di Kab. Kudus pernah mengakses gambar porno. Ini menunjukkan bahwa warnet
menjadi salah satu tempat remaja dalam mengeksplorasi dirinya terhadap seks
bebas.
Menurut
Hurlock (2004) beberapa aspek perilaku seksual, antara lain: 1) Eksplorasi,
adalah perilaku seksual yang di dahului keingintahuan, kemudian dilanjutkan
pada eksplorasi seksual. 2) Masturbasi, adalah perilaku seksual yang bertujuan
untuk merangsang diri sendiri. 3) Heteroseksual, yaitu perilaku skesual yang
dilakukan dengan lawan jenis. Perilaku skesual tersebut berupa berpegangan
tangan, berpelukan (necking),
berciuman (kissing), meraba daerah
sensitif, bercumbu (petting)I, oral seks,
sexual intercouse (bersenggama).
4) Aggressive sex, yaitu bentuk perilaku pamaksaan seksual terhadap lawan
jenis. Hal ini terjadi bila salah satu pasangan ingin melakukan hubungan seks
sedangkan yang lain tidak. Untuk masturbasi dalam penelitian ini, 14,9% remaja
usia 13-15 tahun dan 18,8% remaja usia 16-18 tahun pernah melakukan perilaku
masturbasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa perilaku seksual yang paling banyak dilakukan remaja
di warnet adalah berpegangan tangan. Berpegangan tangan tampaknya telah
dianggap hal yang wajar dilakukan dalam proses interaksi heteroseksual,
sehingga 39,3% remaja usia 13-15 tahun dan 51,8% remaja usia 16-18 tahun
remaja
melakukannya. Diagram gambaran perilaku heteroseks (touching) memperlihatkan gambaran remaja melakukan perilaku
berpegangan tangan remaja di warnet. Tingginya angka remaja dalam melakukan
perilaku tersebut mungkin disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya berpegangan
merupakan ekspresi perasaan sayang yang dapat
menimbulkan perasaan aman dan nyaman (Hurlock, 2004). Perilaku
berpelukan juga termasuk dalam perilaku yang banyak dilakukan oleh remaja di
warnet yang menjalin relasi heteroseksual, yaitu 57 remaja (28,4%) usia
13-15 tahun dan 59 remaja (29,9%) usia 16-18 tahun diantaranya pernah
berpelukan di warnet. Angka ini menunjukkan remaja melakukan perilaku tersebut mungkin
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya berpelukan dapat menimbulkan perasaan
aman, nyaman, dan tenang. (Hurlock, 2004). Selain itu dapat dilihat bahwa
kecenderungan remaja usia 16-18 tahun dalam perilaku necking memiliki kecenderungan yang hampir sama dibandingkan remaja
usia 13-15 tahun. Tabel necking
menunjukkan bahwa dari 197 (100%) remaja
di Kabupaten Kudus hanya 58 remaja yang mengaku pernah melakukan
perilaku necking di warnet. Sedangkan
diketahui bahwa dari 201 (100%) remaja
usia 13- 15 tahun di Kabupaten Kudus hanya 52 remaja yang mengaku pernah
melakukan perilaku necking di warnet.
Area necking yang dilakukan remaja di
Kabupaten Kudus mulai dari zona erotis, kening, pipi, leher, bibir hingga alat
kelamin. (BKKBN
(dalam Ringasan Riset Studi Mengenai Perilaku Seksual Kawula Muda di Empat Kota
Besar di Indonesia, 2005).
Selain
perilaku necking, remaja di Kabupaten
Kudus juga melakukan perilaku seks yang diwujudkan dengan melakukan perabaan di
bagian tubuh yang sensitif. Sampel 201 remaja usia 13- 15 tahun , hanya
50 remaja yang pernah meraba bagian sensitif tubuh remaja di warnet. Sedangkan
dari 197 remaja usia 16-18 tahun , hanya 65 remaja yang pernah meraba bagian
sensitif tubuh remaja di warnet Kabupaten Kudus. Dampak dari sentuhan/ rabaan
ini dapat menimbulkan rangsangan seksual dan dapat menjurus ke perilaku
selanjutnya. Dampak
perilaku seksual tersebut cukup serius yaitu : 1) Perilaku berpegangan tangan
memang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun biasanya
muncul keinginan untuk mencoba aktifitas seksual lainnya (hingga kepuasan
seksual dapat tercapai). 2) Perilaku berpelukan akan membuat jantung berdegup
lebih cepat dan menimbulkan rangsang seksual (terutama di daerah erogenous). 3)
Perilaku mencium pipi dan kening bisa mengakibatkan imajinasi dan fantasi
seksual jadi berkembang, selain itu juga dapat menimbulkan keinginan untuk
melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual lainnya yang lebih dapat dinikmati.
Sedangkan perilaku mencium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat
yang membangkitkan dorongan seksual yang hingga tak terkendali. Selain itu juga
dapat memudahkan penularan penyakit TBC, hepatitis B, dan penyakit yang
ditularkan secara peroral lainnya. 4) Perilaku meraba bagian tubuh yang
sensitive akan menimbulkan rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri
dan akal sehat, akibatnya bisa menimbulkan aktifitas seksual selanjutnya
(cumbuan berat dan intercourse).
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
KESIMPULAN
Perilaku
berpegangan tangan, berpelukan, necking, meraba bagian tubuh yang sensitif dan
agresif seks merupakan perilaku yang pernah dilakukan sebagian remaja di Kabupaten
Kudus. Jika
dibandingkan antara golongan remaja umur 13-15 tahun dan remaja umur 16-18
tahun, kecenderungan berisiko untuk melakukan perilaku seks bebas lebih
mengarah kepada remaja umur 16-18 tahun.
5.2 SARAN
Remaja
di Kabupaten Kudus nampaknya kurang memperhatikan fungsi awal adanya warnet
sebagai media untuk mengakses informasi, dan justru digunakan sebagai tempat
melakukan perilaku seks. Selain itu remaja cenderung kurang peduli terhadap
dampak yang bisa terjadi akibat perilaku seks bebas. Sehingga, partisipasi dari
berbagai pihak sangat diperlukan untuk mengatasi hal tersebut agar tercipta
penerus bangsa yang bermoral dan sehat. Terutama dari penyedia jasa warnet agar
lebih memperhatikan desain warnet agar tidak membuka peluang remaja untuk melakukan
kegiatan seksual di dalamnya. Selain itu salah satu upaya yang dapat di lakukan
dalam bidang kesehatan adalah dengan dilakukannya pendidikan kesehatan mengenai
pendidikan seks remaja untuk mengendalikan perilaku seks remaja.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, B,E. 2004. Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan),
edisi 5 Jakarta: Erlangga
Sarwono, S, W. 2010. Psikologi Remaja (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada
Sugiyono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suntrock, J, W. 2003. Adolesense (Perkembangan Remaja), edisi 6 Jakarta: Erlangga
www.wikipedia.com.Warnet.Artikel. (http://id.wikipedia.org/wiki/Warung_Internet).Diakses
pada tanggal 09 Maret 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku seks bebas yang dilakukan remaja di warnet.
ReplyDeleteLukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia