Monday, 9 July 2012
Pramoedya Ananta Toer
Pramoedya Ananta Toer (Blora, Jawa Tengah 6
Februari 1925 – Jakarta 30 April 2006) adalah salah satu pengarang yang
produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Ia adalah seorang yang peduli
terhadap sejarah, multikulturalisme, serta perdamaian, Pramoedya telah
menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 41
bahasa asing. Ia adalah orang Indonesia pertama yang masuk nominasi peraih
nobel atas karya-karyanya, meskipun hingga akhir hayatnya hal tersebut tidak
terwujud, tapi ia adalah satu-satunya orang Indonesia yang berkali-kali masuk
dalam nominasi peraih nobel (sastra).
Kemerdekaan
dan perdamaian menurut Pramoedya Ananta Toer adalah kemerdekaan yang bermakna
selaras dengan ajaran Multatuli : “memanusiakan manusia”.
Pramoedya
peduli terhadap etnis Tionghoa di Indonesia, ia juga merupakan kritikus yang tak
mengacuhkan pemerintahan Jawa-sentris pada keperluan dan keinginan dari daerah
lain di Indonesia, dan secara terkenal mengusulkan bahwa pemerintahan mesti
dipindahkan ke luar Jawa. Ia pernah menerbitkan rangkaian surat-menyurat dengan
penulis Tionghoa yang membicarakan sejarah Tionghoa di Indonesia, berjudul Hoakiau
di Indonesia. Karena itu pada 1960-an ia ditahan pemerintahan Soeharto
karena dituduh pro-Komunis Tiongkok. Bukunya dilarang dari peredaran, dan ia
ditahan tanpa pengadilan di Nusakambangan di lepas pantai Jawa, dan akhirnya di
Pulau Buru di kawasan timur Indonesia. Selain pernah ditahan selama 3 tahun
pada masa kolonial dan 1 tahun pada masa Orde Lama, selama masa Orde Baru
Pramoedya merasakan 14 tahun ditahan sebagai tahanan politik tanpa proses
pengadilan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

0 comments:
Post a Comment