Analisis Korelasi
ANALISIS KORELASI
Bab ini
membahas masalah pengenalan analisis korelasi dan teori korelasi. Setelah
selesai membaca bagian ini maka pembaca akan dapat memahami:
- Pengertian pengukuran asosiasi
- Pengertian korelasi
- Kegunaan teknik analisis
korelasi
- Pengertian korelasi dan kausalitas
- Pengertian korelasi dan
linieritas
- Asumsi dalam menggunakan
korelasi
- Karakteristik korelasi
- Koefesien korelasi
- Signifikansi
- Interpretasi korelasi
- Uji hipotesis dalam korelasi
- Koefesien determinasi
1.1
Pengertian
Korelasi merupakan teknik analisis
yang termasuk dalam salah satu teknik
pengukuran asosiasi / hubungan (measures
of association). Pengukuran asosiasi
merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam
statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat
dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson
Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut,
terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi
Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
Pengukuran asosiasi mengenakan nilai
numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara
variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu
mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua
variabel tersebut disebut independen.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan
skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio;
Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data
nominal. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1.
Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai
koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien
korelasi negatif, korelasi disebut tidak
searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah suatu pengukuran
statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi
diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua
variabel tersebut. Jika koefesien
korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi
sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif.
Jika koefesien korelasi diketemukan -1. maka
hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear
sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.
Dalam
korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua
variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna. Artinya variabel X
mempengaruhi variabel Y secara sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0),
maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Dalam
korelasi sebenarnya tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel
tergantung. Biasanya dalam penghitungan digunakan simbol X untuk variabel
pertama dan Y untuk variabel kedua. Dalam contoh hubungan antara variabel
remunerasi dengan kepuasan kerja, maka variabel remunerasi merupakan variabel X
dan kepuasan kerja merupakan variabel Y.
1.2
Kegunaan
Pengukuran
asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan (strength)
hubungan antar dua variabel atau lebih. Contoh: mengukur hubungan antara
variabel:
·
Motivasi kerja dengan produktivitas
·
Kualitas layanan dengan kepuasan
pelanggan
·
Tingkat inflasi dengan IHSG
Pengukuran
ini hubungan antara dua variabel untuk masing-masing kasus akan menghasilkan
keputusan, diantaranya:
·
Hubungan kedua variabel tidak ada
·
Hubungan kedua variabel lemah
·
Hubungan kedua variabel cukup kuat
·
Hubungan kedua variabel kuat
·
Hubungan kedua variabel sangat kuat
Penentuan
tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika hubungan mendekati 1,
maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan mendekati 0, maka hubungan
semakin lemah.
Korelasi dan Kausalitas
Ada perbedaan mendasar antara korelasi dan kausalitas.
Jika kedua variabel dikatakan berkorelasi, maka kita tergoda untuk mengatakan
bahwa variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain atau dengan kata lain
terdapat hubungan kausalitas. Kenyataannya
belum tentu. Hubungan kausalitas terjadi jika variabel X mempengaruhi Y. Jika
kedua variabel diperlakukan secara simetris (nilai pengukuran tetap sama
seandainya peranan variabel-variabel tersebut ditukar) maka meski kedua variabel berkorelasi tidak
dapat dikatakan mempunyai hubungan kausalitas. Dengan demikian, jika terdapat
dua variabel yang berkorelasi, tidak harus terdapat hubungan kausalitas.
Terdapat
dictum yang mengatakan “correlation
does not imply causation”.
Artinya korelasi tidak dapat digunakan secara valid untuk melihat adanya hubungan kausalitas dalam
variabel-variabel. Dalam korelasi aspek-aspek yang melandasi terdapatnya
hubungan antar variabel mungkin tidak diketahui atau tidak langsung. Oleh
karena itu dengan menetapkan korelasi dalam hubungannya dengan
variabel-variabel yang diteliti tidak akan memberikan persyaratan yang memadai
untuk menetapkan hubungan kausalitas kedalam variabel-variabel tersebut. Sekalipun demikian bukan berarti
bahwa korelasi tidak dapat digunakan sebagai indikasi adanya hubungan
kausalitas antar variabel. Korelasi dapat digunakan sebagai salah satu bukti
adanya kemungkinan terdapatnya hubungan kausalitas tetapi tidak dapat
memberikan indikasi hubungan kausalitas seperti apa jika memang itu terjadi
dalam variabel-variabel yang diteliti, misalnya model recursive, dimana X mempengaruhi Y atau non-recursive, misalnya X mempengaruhi Y dan Y mempengaruhi X.
Dengan
untuk mengidentifikasi hubungan kausalitas tidak dapat begitu saja dilihat
dengan kaca mata korelasi tetapi sebaiknya menggunakan model-model yang lebih
tepat, misalnya regresi, analisis jalur atau structural equation model.
Korelasi dan Linieritas
Terdapat
hubungan erat antara pengertian korelasi dan linieritas. Korelasi Pearson,
misalnya, menunjukkan adanya kekuatan hubungan linier dalam dua variabel.
Sekalipun demikian jika asumsi normalitas salah maka nilai korelasi tidak akan
memadai untuk membuktikan adanya hubungan linieritas. Linieritas artinya asumsi
adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antara variabel. Linearitas
antara dua variabel dapat dinilai melalui observasi scatterplots bivariat. Jika kedua variabel berdistribusi normal dan
behubungan secara linier, maka
scatterplot berbentuk oval; jika tidak berdistribusi normal scatterplot
tidak berbentuk oval.
Dalam praktinya kadang data yang digunakan akan
menghasilkan korelasi tinggi tetapi hubungan tidak linier; atau sebaliknya
korelasi rendah tetapi hubungan linier. Dengan demikian agar linieritas
hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan harus mempunyai distribusi normal.
Dengan kata lain, koefesien korelasi hanya merupakan statistik ringkasan sehingga
tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk memeriksa data secara individual.
Asumsi
1.
Kedua variabel bersifat independen satu dengan
lainnya, artinya masing-masing variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung
satu dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel tergantung.
2.
Data
untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi
normal artinya data yang distribusinya
simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva
bel. Menurut Johnston (2004) ciri-ciri data yang mempunyai distribusi normal
ialah sebagai berikut:
·
Kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi
berada di tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada
bagian sisi kiri dan kanannya. Kesimpulannya, nilai yang paling sering muncul
dalam distribusi normal ialah rata-rata (average),
dengan setengahnya berada dibawah rata-rata dan setengahnya yang lain berada di
atas rata-rata.
·
Kurva normal, sering juga disebut sebagai kurva bel,
berbentuk simetris sempurna.
·
Karena dua
bagian sisi dari tengah-tengah benar-benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai
diatas rata-rata (mean) akan
benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.
·
Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada
dalam area dibawah kurva. Perlu diketahui bahwa area total dibawah
kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut.
·
Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda.
Yang menentukan bentuk-bentuk tersebut adalah nilai rata-rata dan simpangan
baku (standard deviation) populasi.
·
X dan Y mempunyai hubungan linier. Hubungan linier artinya hubungan
kedua variabel membentuk garis lurus.
Karakteristik
Korelasi
a. Kisaran Korelasi
Kisaran (range) Koefisien korelasi mulai dari 0
sampai dengan 1. Korelasi dapat positif
dan dapat pula negatif.
Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak ada
hubungan antara dua variabel. Korelasi
sama dengan + 1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna
(membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna
jika nilai X naik, maka Y juga naik.
Korelasi
sama dengan -1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna
(membentuk garis lurus) negatif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna
jika nilai X naik, maka Y turun (dan sebaliknya).
1.3.5 Koefesien
Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran
statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien
korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah
hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua
variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka
nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif,
maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X
tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk
memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua
variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
- 0
: Tidak ada korelasi antara dua variabel
- >0
– 0,25: Korelasi sangat lemah
- >0,25
– 0,5: Korelasi cukup
- >0,5
– 0,75: Korelasi kuat
- >0,75
– 0,99: Korelasi sangat kuat
- 1:
Korelasi sempurna
Signifikansi
Apa sebenarnya signifikansi itu?
Dalam bahasa Inggris umum, kata, "significant"
mempunyai makna penting; sedang dalam pengertian statistik kata tersebut
mempunyai makna “benar” tidak didasarkan secara kebetulan. Hasil riset dapat benar
tapi tidak penting. Signifikansi / probabilitas / α memberikan gambaran
mengenai bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Jika kita
memilih signifikansi sebesar 0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset
nanti mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%.
Secara umum kita menggunakan angka
signifikansi sebesar 0,01; 0,05 dan 0,1. Pertimbangan penggunaan angka tersebut
didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence
interval) yang diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01
mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau bahasa umumnya keinginan
kita untuk memperoleh kebenaran dalam riset kita adalah sebesar 99%. Jika angka
signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika
angka signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut
jumlah data (sample) yang akan digunakan dalam riset. Semakin kecil angka
signifikansi, maka ukuran sample akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar
angka signifikansi, maka ukuran sample akan semakin kecil. Unutuk memperoleh
angka signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sample yang besar.
Sebaliknya jika ukuran sample semakin kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan
semakin ada.
Untuk
pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
- Jika
angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel
signifikan.
- Jika
angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel
tidak signifikan
Interpretasi Korelasi
Ada
tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan
hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga,
melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara
dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil
perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:
- Jika
angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak
mempunyai hubungan
- Jika angka koefesien korelasi mendekati 1,
maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat
- Jika angka koefesien korelasi mendekati 0,
maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah
- Jika
angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna positif.
- Jika
angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai
hubungan linier sempurna negatif.
Interpretasi
berikutnya melihat signifikansi hubungan dua variabel dengan didasarkan pada
angka signifikansi yang dihasilkan dari penghitungan dengan ketentuan
sebagaimana sudah dibahas. Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan
kedua variabel tersebut signifikan atau tidak.
Interpretasi ketiga melihat arah korelasi. Dalam
korelasi ada dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah. Pada SPSS hal
ini ditandai dengan pesan two tailed. Arah korelasi dilihat dari angka koefesien
korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah.
Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi.
Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah.
Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan
rendah.
Dalam
kasus, misalnya hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi
sebesar 0,86 dengan angka signifikansi sebesar 0 akan mempunyai makna bahwa
hubungan antara variabel kepuasan kerja
dan komitmen terhadap organisasi sangat kuat, signifikan dan searah. Sebaliknya
dalam kasus hubungan antara variabel mangkir kerja dengan produktivitas sebesar
-0,86, dengan angka signifikansi sebesar 0;
maka hubungan kedua variabel sangat kuat, signifikan dan tidak searah.
1.3.8. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis
uintuk korelasi digunakan uji T. Rumusnya sebagai berikut:
Pengambilan keputusan
menggunakan angka pembanding t
tabel dengan kriteria sebagai berikut:
· Jika t
hitung > t table H0 ditolak; H1 diterima
· Jika t
hitung < t table H0 diterima; H1 ditolak
Kita dapat juga menggunakan kurva seperti
di bawah ini:
Hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Hipotesis berbunyi
sbb:
- H0: Tidak ada hubungan antara kepuasan kerja
dengan loyalitas pegawai
- H1: Ada hubungan antara kepuasan kerja dengan
loyalitas pegawai
Hasil t hitung sebesar 3,6
T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of freedom:
n-2, dan n = 30 diketemukan sebesar: 2,048. Didasarkan ketentuan di atas, maka
t hitung 3,6 > t table 2,048. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya ada hubungan antara kepuasan
kerja dengan loyalitas pegawai
Disamping menggunakan cara diatas, cara kedua
ialah menggunakan angka signifikansi. Caranya sebagai berikut:
Hipotesis berbunyi sbb:
- H0: Tidak ada hubungan signifikan antara
kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
- H1: Ada hubungan signifikan antara kepuasan
kerja dengan loyalitas pegawai
Angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0,03.
Bandingkan dengan angka signifikansi sebesar 0,05. Keputusan menggunakan
kriteria sbb:
- Jika
angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka H0 ditolak.
- Jika
angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka H0 diterima
Didasarkan ketentuan diatas maka signifikansi
hitung sebesar 0,03 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya Ada hubungan signifikan antara kepuasan kerja
dengan loyalitas pegawai.
Dalam SPSS pengujian dilakukan dengan
menggunakan angka signifikansi. Oleh karena itu dalam contoh analisis pada bab
berikutnya akan hanya menggunakan angka signifikansi.
Koefesien Determinasi
Koefesien
diterminasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas dalam
suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya
menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang
dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan
sebagai informasi mengenai kecocokan
suatu model. Dalam regresi r2
ini dijadikan sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati
nilai data asli yang dibuat model. Jika r2 sama dengan 1, maka angka
tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.
Interpretasi
lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan
yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas / X) dalam model. Dengan
demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai
menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. jika r2 = 0 akan
mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y.
Dalam kasus misalnya jika r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80%
variasi dari variabel Y (variabel tergantung / response) dapat diterangkan
dengan variabel X (variabel bebas / explanatory); sedang sisanya 0,2
dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diketahui atau variabilitas yang
inheren. (Rumus untuk menghitung koefesien determinasi (KD) adalah KD = r2
x 100%) Variabilitas mempunyai makna penyebaran / distribusi seperangkat
nilai-nilai tertentu. Dengan menggunakan
bahasa umum, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 80%; sedang sisanya
20% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dalam
hubungannya dengan korelasi, maka r2
merupakan kuadrat dari koefesien
korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y (tergantung).
Secara umum dikatakan bahwa r2 merupakan kuadrat korelasi antara variabel
yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan response (Y).
Dengan
menggunakan bahasa sederhana r2 merupakan koefesien korelasi yang
dikuadratkan. Oleh karena itu, penggunaan koefesien determinasi dalam korelasi
tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X terhadap Y
mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas dikatakan
dua variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu mempengaruhi variabel
lainnya. Lebih lanjut dalam konteks korelasi antara dua variabel maka pengaruh
variabel X terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya hanya korelasi merupakan
penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y. Sedang bagaimana
pengaruh itu terjadi dan ada atau tidak kita akan mengalami kesulitan untuk
membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2 kita tidak akan dapat
membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.
Dengan
demikian jika kita menggunakan korelasi sebaiknya jangan menggunakan koefesien
determinasi untuk melihat pengaruh X terhadap Y karena korelasi hanya
menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan riset hanya
untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka koefisien
korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap
Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis jalur.
1.4 Ringkasan
Teknik analisis korelasi merupakan
bagian dari teknik pengukuran asosiasi (measure
of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel
(atau lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang
paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis
korelasi Pearson dan Spearman.
Korelasi
merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua
variabel. Korelasi tidak secara otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar
variabel. Hubungan dalam korelasi dapat berupa hubungan linier positif dan
negatif. Interpretasi koefesien korelasi
akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua
variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan
pada jarak yang berkisar antara 0 -1. Untuk melihat signifikansi hubungan
digunakan angka signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah
korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau
negatif.
Konsep-konsep korelasi dalam bagian
ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan teori dalam menggunakan teknik
korelasi di bagian-bagian berikutnya dalam buku ini. Oleh karena itu, pembaca
perlu memahami konsep dasar korelasi sebelum menggunakannya.
*dari berbagai web
Comments
Post a Comment