Wartawan vs Komunitas

Wartawan vs Komunitas

Pembicaraan kemarin memang cukup lama. Cuacanya mendung, kami ngobrol soal wartawan. Setelah lama tidak bertemu dengan mas G, akhirnya ada kesempatan bertemu lagi. Ku sebut mas G, karena dia tak suka masuk di media apapun

Dia tanya,
”kerjaanmu apa rum,”?
”wartawan mas,” jawabku

Wajahnya sudah tidak enak dilihat sesudah mendengar kata wartawan. Antipatinya kepada wartawan mungkin sudah meledak seperti gunung agung.

Dia mengatakan, betapa buruknya wartawan.
”Wartawan, dipikiran mereka itu hanya dapat berita. Itu saja,”

Tidak ada yang didapat dari wartawan. Mereka hanya mencari berita saja, kejar target.
”tidak ada manfaat, timbal balik apa lagi,” ujarnya.

Iya, dia memang cukup terkenal di media sosial. Bergabung dengan beberapa komunitas di Kudus, dari A sampai Z. Jaringan pertemanan juga sangat luas. Beberapa temannya juga mantan wartawan lokal sana.

”Media itu busuk, kau tahu saja,” katanya

Dia sering geleng-geleng kepala. Sambil pegang rokok, sesekali dihisap. Dari gestur, tampak dia sangat muak dengan wartawan.
”Baik wartawan dan perusahaan dua-duanya cuma ngejar duit, apalagi masa pilkada begini. Sudah pada dibeli,” ujarnya.

Ada benarnya ucapan mas G. Aku tidak tahu, tapi memang masa pilkada seperti ini media pasti laris manis. Tiap media punya jago sendiri. Lebih-lebih paslon bisa menggaet semua media lokal di Kudus, pasti berita yang di muat lebih wow.

Tidak bisa dipungkiri, media dimanfaatkan untuk promosi kebaikan paslon. Hanya kebaikan, padahal di dunia ini ada dua. Kalau ada baiknya pasti ada buruknya.

”dapat apa kamu jadi wartawan,?”

Pertanyaan itu rasanya menusuk di dada. Menjadi wartawan, tiap hari dikejar deadline berita. Tiap hari beda-beda. Belum lagi banyak berita-berita titipan. Lebih parah lagi berita yang sudah ku liput tak jadi mengudara karena mengkritik relasi perusahaan.

”Beritaku yo banyak yang gak muat mas, gara-gara kritik relasi perusahaan, ” ujarku sambil sesekali main hp.

Tapi aku jalani saja pekerjaan sebagai wartawan. Jaman sekarang mencari pekerjaan bukan perkara mudah. Sama-sama tahu, tanpa orang dalam rasanya percuma melamar pekerjaan. Paling dilempar sebelum masuk ruang pimpinan.

Sudah jam 3 sore, tapi mas G masih cerita banyak hal. Sebagai salah seorang pendiri rumah singgah di Kudus, dia paham betul jika ada wartawan yang datang ke tempat itu.
”Nek kesini ojo diliput. Wong komunitas ki gak perlu diliput-liput ngono,” ucapnya sambil minum secangkir kopi.

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS DAN WEWENANG ORGANISASI SPBU

DAFTAR SMP SE KABUPATEN KUDUS

CONTOH PENERAPAN METODOLOGI EKONOMETRIKA