Sambatnya Kuliah From Home, Banyak Dana Banyak Tugas




Ilustrasi

Keputusan untuk merumahkan kuliah alias from home diambil usai merebaknya kasus penularan Covid-19 di Indonesia. Tidak hanya sektor ekonomi yang terguncang dengan adanya pembatasan kegiatan dan anjuran physical distancing, namun dunia pendidikan juga ikut terguncang.

Bisa disebut jika pandemi Covid-19 menjadi wabah pertama di Indonesia yang memaksa pemerintah dan segala sektor mengalah bahkan dalam jangka waktu yang tidak dapat dipastikan sampai kapan berakhirnya. Anak sekolah dibuat belajar di rumah, tidak terkecuali dunia perkuliahan. 

Setidaknya sudah hampir empat minggu terhitung sejak 16 Maret 2020 ini mahasiswa harus melaksanakan perkuliahan via aplikasi. Ya, aplikasi. Kalau anak sekolah ditingkat Paud, SD, SMP, hingga SMA belajar bisa dilakukan dengan memberi tugas via Whatapps, tugas difoto, dikirim, itu tidak begitu saja berlaku untuk anak kuliahan. 

Saya mulai dari mahasiswa Universitas Terbuka (UT) Indonesia, yah barangkali ini kali pertama bagi mahasiswa UT harus kuliah tanpa tatap muka. Sebagai salah satu Universitas yang terkena dampak pandemi Covid-19, mau tidak mau juga ikut merumahkan mahasiswa dan melakukan perkuliahan via Microsoft Teams nih. 

Bagi mahasiswa yang pertama kali menginjakkan kaki (lho lah maksudnya menggunakan) webbinar ini perlu belajar bagaimana caranya harus masuk ke aplikasi dan caranya bergabung dalam rapat tutor. Yah, sebenarnya perkuliahan via aplikasi ada baiknya ada buruknya. 

Buruknya mahasiswa harus lebih aktif dan membuat pusing pikiran diawal untuk tahu bagaimana menggunakan aplikasi. Namun kabar baiknya mahasiswa jadi tahu bagaimana sistem perkuliahan via teknologi. 

Yah, meskipun UT dikenal sebagai kampus mahasiswa veteran dimana mahasiswa dari kalangan matang yang kadang agak sulit menggunakan teknologi namun pengalaman ini bisa jadi menambah pengetahuan. Rupanya tidak sekedar penggunaan webbinar yang pertama kali memusingkan kaum mahasiswa, tapi tugas yang bertambah juga menjadi masalah tersendiri.

Tidak sampai di situ, sebenarnya kendala yang paling menganggu adalah.... Jeng...jeng...jeng... Sinyal internet di rumah. Terselamatkanlah mahasiwa yang memiliki jaringan wi-fi yang stabil. Betapa mengerikannya jika sinyal provider yang digunakan mahasiswa maju mundur tidak jelas. 

Hal ini bisa menjadi siksaan tersendiri, dikala teman lainnya sudah on dalam rapat tapi dia masih mencoba menghubungkan. Usai bisa menghubungkan, masalah datang ketika suaranya putus-putus saat berbicara di tengah rapat. Lho ini bisa menjadi semacam penambahan tingkat stres mahasiswa dalam belajar di masa physical distancing.

Beban stres akibat teknologi persinyalan yang tidak mendukung (situasi dan kondisi juga) masih harus ditambah dengan beban tanggungan kuota. Sebut saja untuk satu kali pertemuan menggunakan webbinar, setidaknya kuota 2GB diperlukan. Itu tinggal dikalikan berapa pertemuan di masa pandemi Covid-19 ini. Terkuras pikiran terkurang kantong juga.

Dunia perbebanan juga bertambah usai adanya tugas yang menumpuk usai perkuliahan via aplikasi ini. Setidaknya setiap pertemuan mahasiswa dituntut untuk melakukan presentasi alias pemaparan yang pastinya berbeda dari biasanya. Mahasiswa juga mendapat tugas berupa soal yang harus segera dikumpulkan dalam waktu tiga hari, itu belum juga tugas praktek yang harus direkam dan dikirim. Jeng...jeng... Ya begitu satu dari banyak serba serbi perkuliahan saat ini.

Memang dunia perkuliahan dengan berbagai kerumitan yang terjadi saat ini terasa menguras tenaga, namun hari-hari ini sangat diperlukan kesabaran. Tetap menjaga kesehatan dimasa sulit ini dan ikuti anjuran Pemerintah untuk tetap di rumah saja, gunakan masker jika keluar rumah, tetap jaga jarak fisik (bukan jarak hati), juga sering-sering cuci tangan agar terhindar dari Covid-19. (*/ap)

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS DAN WEWENANG ORGANISASI SPBU

DAFTAR SMP SE KABUPATEN KUDUS

CONTOH PENERAPAN METODOLOGI EKONOMETRIKA