Artikel: Plus-minus selentingan dalam komunikasi organisasi dan bisnis Hati-hati dengan ‘Selentingan’..!
Hati-hati dengan ‘Selentingan’..!
Oleh: Bambang
Sukma Wijaya
Dalam
komunikasi organisasi, “selentingan” digambarkan sebagai ”metode penyampaian
laporan rahasia dari orang ke orang yang tidak dapat diperoleh melalui saluran
biasa” (Sten, 1967). Meskipun sumbernya tampak ”rahasia” namun informasi itu
sendiri bukan rahasia. Informasi yang diperoleh lebih memperhatikan ”apa yang
dikatakan dan didengar orang-orang” daripada apa yang dikeluarkan pemegang
kekuasaan secara resmi. Karena sifatnya yang informal/personal, maka arah
aliran informasinya tidak stabil, bisa mengalir ke atas, ke bawah, kiri, kanan
dan melintasi saluran dengan hanya sedikit saja yang melewati hubungan
posisional.
Salah satu cara
untuk mengendalikan selentingan adalah dengan menjaga saluran komunikasi formal
tetap terbuka, ke manapun arahnya. Sebetulnya selentingan dapat dimanfaatkan
atau dikelola dengan baik sehingga memberikan dampak positif baik bagi
perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Misalnya, untuk memperoleh pendapat
jujur karyawan, atau reaksi yang mendekati realitas, perusahaan dapat melemparkan
isu kebijakan tertentu (pengangkatan jabatan seorang karyawan misalnya, atau
perekrutan pimpinan tertentu, ataupun dalam penerapan aturan baru) secara
selentingan.
Karena sifat
selentingan yang biasanya menyebar cepat, perusahaan pun dapat dengan cepat
mengambil keputusan yang tepat. Atau dalam mengurangi resistensi dampak
kebijakan tertentu (misalnya dalam soal PHK), perusahaan dapat menyebarkan isu
selentingan soal ini (termasuk alasan logisnya) sehingga perusahaan dapat
mengambil langkah-langkah yang strategis dan bijak, yang mampu meminimalisir
dampak negatifnya. Sementara di pihak karyawan sendiri telah merasakan
“kesiapan” sejak jauh-jauh hari sebelum keputusan itu benar-benar keluar.
Sehingga mereka dapat menerima dan memahaminya dengan baik dan positif. Contoh
lain pemanfaatan selentingan secara positif adalah penggunaan strategi
word-of-mouth dalam komunikasi pemasaran atau dikenal dengan istilah buzz
marketing.
Dalam dunia
pemasaran, word-of-mouth yang biasanya disampaikan secara tidak resmi melalui
saluran tidak resmi (sembarang media) kadangkala jauh lebih efektif daripada
melalui saluran (media) resmi seperti iklan televisi, koran, radio, atau press
conference sekalipun. Ambil contoh sebelum peluncuran Nokia E90 (yang memiliki
fitur lengkap dan canggih sebagai penyempurnaan seri communicator sebelumnya),
terdapat selentingan bahwa produk tersebut dijual sangat terbatas. Hal ini
membuat orang-orang berbondong-bondong antri pada saat peluncuran perdananya di
Jakarta.
Begitu pula
ketika peluncuran i-phone dari Apple,inc. di AS, yang karena pro-kontra
mengenai desain maupun keunikan produknya membuat konsumen penasaran hingga
bersedia antri di took-toko meskipun produknya sendiri tidak dijual terbatas.
Contoh lain adalah fenomena Harry Potter. Semua tidak diawali dengan iklan atau
konferensi press (penyampaian resmi), namun hanya menyebar secara selentingan
melalui sembarang media, baik dari mulut ke mulut, milis-milis, maupun
berita-berita ringan.
Meskipun
demikian, selentingan juga bisa dimanfaatkan pesaing untuk menjatuhkan produk
tertentu, seperti isu bahan pengawet Mizone, isu lemak babi Ajinomoto, dll.
Karena itu strategi khusus diperlukan, misalnya melalui public relation atau
crisis management yang terpadu dan terarah. Selentingan memang memiliki
kekuatan luar biasa melampaui batas-batas media dan menyebar ke sembarang arah.
Tanpa penanganan yang baik, maka selentingan akan sulit dikendalikan. (BSW)
Comments
Post a Comment