TUHAN UNTUK INDONESIA


TUHAN UNTUK INDONESIA
Oleh: Arum Novitasari
           
Sebuah masa yang sangat diprihatinkan untuk Indonesia. Negara yang mengikut demokrasi dengan berlandaskan ideologi Pancasila. Satu- satunya kebanggaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menggunakan Pancasila sebagai pemersatu bangsa ini. Banyak yang tahu, dari sekolah SD hingga Perguruan Tinggi di Indonesia setia mengadakan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraaan. Salah satu tujuannya jelas, untuk memperkenalkan landasan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Dengan nilai- nilai Pancasila yang diwujudkan oleh para pejuang- pejuang kemerdekaan RI diharapkan sesama suku, ras, agama dan golongan tidak saling sikut- menyikut. Hidup damai, toleransi dan saling menghargai di antara rakyat Indonesia. Hal itu jelas terdapat dalam sila- sila dalam Pancasila. Tentu yang paling ternoda di Indonesia adalah sila yang pertama.
            Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Kenapa harus yang Maha Esa? Indonesia adalah negara yang didalamnya diakui lima kepercayaan yang disahkan oleh Negara. Dikenal dari agama Islam, Nasrani, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Tuhan itu hanya satu, hanya kami bangsa Indonesia yang berbeda. Bagaimanapun cara kita beribadah dan mempercayai Tuhan, kita tetap Indonesia. Bukan begitu? Setiap agama, saya percaya Tuhan itu baik adanya. Tidak akan mungkin Tuhan itu menyuruh manusia untuk berbuat saling menyakiti. Hanya mengapa itu sulit dimegerti manusia. Tidak satupun kepercayaan di Indonesia yang boleh mengatakan bahwa agama saya lah yang terbaik. Itu hanya akan memicu saling lirik dan penuh dengan kebencian. Sebagai seorang penerus di negara ini hendaknya, melanjutkan sifat- sifat luhur. Mari kita lihat butir- butir sila pertama Pancasila:
1.     Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.     Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3.     Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4.     Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Hal ini jelas, di Indonesia giliran satu agama dan agama yang lain telah memiliki toleransi yang baik. Lantas mengapa dalam satu agama justru tidak saling bertoleransi? Dimana yang salah sebenarnya. Apa yang berbeda? Padahal jelas kita itu satu agama yaitu Islam. Mengapa tidak bisa saling menghargai dan justru malah saling menyakiti.
Kita lihat dari kasus Ahmadiyyah. Ajaran Islam Ahmadiyyah bukan ajaran yang baru di Indonesia. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA 5/23/13 Tgl. 13-3-1953).  Kelompok kedua ialah "Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore" (atau Ahmadiyah Lahore). Di Indonesia, pengikut kelompok ini membentuk organisasi bernama Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930. Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita Negara tanggal 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35. Yang mana Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan semenjak tahun 1980 tentang "sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar Islam", lalu ditegaskan kembali pada fatwa MUI yang dikeluarkan tahun 2005 bahwa "Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat dan menyesatkan" tapi tidak seharusnya menggunakan kekerasan? lalu mengapa sesama saudara harus saling menyakiti? Seperti penyerangan terhadap komunitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia di Kampung Cisalada, Desa Ciampea Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang lalu. Atau penyerangan 6 Februari 2011, menyerang rumah tokoh Ahmadiyah, Ustadz Ismail Suparman, di Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten. Tiga orang tewas dalam insiden itu. Mulyadi, Roni, dan Tarno. Enam lainnya terluka parah. Atau Massa dari Front Pembela Islam (FPI) melakukan penyerangan terhadap masjid Ahmadiyah di Tasikmalaya, Jawa Barat 20 April 2012?  Meskipun telah dinyatakan sebagai aliran sesat, tidak pantas seorang yang beragama, bertindak tanpa berpikir terlabih dahulu. Atau bahkan hanya ikut-ikutan karena mudah dipanasi dan dikompori? Dalam agama islam pun tidak memperbolehkan seorang manusia hanya ikut- ikutan ikutan.
                                     
 Ÿwur ß#ø)s? $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íOù=Ïæ 4 ¨bÎ) yìôJ¡¡9$# uŽ|Çt7ø9$#ur yŠ#xsàÿø9$#ur @ä. y7Í´¯»s9'ré& tb%x. çm÷YtãZwqä«ó¡tB ÇÌÏÈ  
36. dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

            Dengan adanya korban yang jatuh dalam kerusuhan ini, harus dipertanyakan dimana nurani anda sebagai seorang muslim? Sedang mereka sama sekali tidak pantas mati di tangan anda? Hal ini hanya akan menunjukkan kearogansian agama ini. Dan sangat mempermalukan Tuhan, karena sama sekali Allah SWT tidak mengajarkan untuk berbuat keji seperti itu. Menjadikan Indonesia sebagai negara bertoleran memang tidak mudah. Berbagai orang yang memiliki jalan pikiran yang berbeda, serta prasangka yang begitu menguasai muslim di Indonesia sangat mempengaruhi perilaku asal di negara ini. Sebagai seorang muslim, hendaknya kita berfikir. Bukankah Islam pun mengakatan bahwa dunia ini diciptakan untuk manusia- manusia yang berpikir. Lalu lantas apa yang menjadikan anda seperti itu? Aksi kekerasan yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut tentu didorong oleh semangat melakukan amar ma’ruf nahi munkar, sebagai bagian dari ajaran Islam. Namun, sayangnya hal itu dilakukan tanpa didasari oleh kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam Al- Qur’an pun menyerukan untuk berbuat kebajikan.

`ä3tFø9ur öNä3YÏiB ×p¨Bé& tbqããôtƒ n<Î) ÎŽösƒø:$# tbrããBù'tƒur Å$rã÷èpRùQ$$Î/ tböqyg÷Ztƒur Ç`tã ̍s3YßJø9$# 4 y7Í´¯»s9'ré&ur ãNèd šcqßsÎ=øÿßJø9$# ÇÊÉÍÈ  
104. dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung.

[217] Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

 Tapi bagaimana cara kita menegakkan kebajikan? Apa dengan kekerasan? Tentu saja tidak, karena itu dilarang keras.

äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

[845] Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Bagaimana? Tidakkah anda sadari tentang hal itu. Agama saja melarang dengan keras, lantas mengapa anda masih melakukannya dengan kekerasan dan menghilangkan nyawa orang lain? Itu karena banyak manusia yang tidak berpikir dan mementingkan hati yang telah terkontaminasi dogma- dogma yang tidak benar.
            Senantiasa sebagai rakyat Indonesia. Patutnya kita saling menghargai dan menghormati. Jangan melakukan hal dengan sewenang- wenangnya. Kita pun harus sepenuhnya sadar bahwa bangsa ini bukanlah milik kelompok tertentu, bukan pula hanya milik orang Islam, melainkan bangsa yang dimiliki oleh beragam penduduk, baik dari segi agama maupun suku. Mari hidup berbahagia dengan orang- orang yang menyayangi anda. Sebagai orang yang beragama, mari tunjukkan bahwa kita memiliki Tuhan, dan Tuhan adalah baik adanya. Maka mari kita jaga senantisa hidup damai di Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam naungan Pancasila dan Agama.

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS DAN WEWENANG ORGANISASI SPBU

DAFTAR SMP SE KABUPATEN KUDUS

CONTOH PENERAPAN METODOLOGI EKONOMETRIKA