MAHASISWA BENTROK, UNNES TETAP NGOTOT
MAHASISWA BENTROK, UNNES TETAP NGOTOT
(cara
pandang mahasiswa, tentang kebijakan Rektorat dalam konservasi alam)
Artikel oleh: Arum Novitasari
Jauh lama sudah sekitar tanggal 27 Januari 2012, masih tahun ini tapi
agaknya sudah lama. Ditanggal tersebut masih ingat betul itu adalah pertama
kalinya Universitas Negeri Semarang (UNNES) tepatnya Fakultas Ekonomi untuk
angkatan 2010 melakukan penanaman seribu pohon di wilayah Gunung Pati,
Semarang. Hal ini tidak lain, dan bukan merupakan satu dan berbagai langkah
yang dilakukan oleh Unnes dalam mewujudkan konservasi khususnya di konservasi
bidang alam. Sebagai Universitas pertama yang mendeklarasikan diri sebagai
Universitas Konservasi di Indonesia, banyak langkah yang harus ditempuh Unnes
untuk mewujudkannya. Selain itu juga Unnes memiliki komitmen untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan alam. Menitiberatkan agar mahasiswa mau peduli
dan menjaga alam dan tentunya dimulai dari daerah sendiri, yaitu Semarang.
Berkenaan dengan edaran Rektor, maka seluruh Fakultas di Unnes diharapkan
melakukan program penanaman seribu pohon. Sebagai contohnya ya tadi, Fakultas
Ekonomi angkatan 2010 yang telah menyelenggarakannya program tersebut pada 27
Januari 2012.
Memang tak bisa dipungkiri, program sinergi dengan alam ini menjadi
polemik tersendiri diantara mahasiswa Unnes. Hampir sama dengan program dari
Unnes dalam konservasi moral dengan menyamaratakan mahasiswa melalui seragam
kuliah yang hingga kini tidak ada kabarnya, program konservasi alam ini pun
dianggap kurang realistis. Beberapa mahasiswa bahkan menyatakan bahwa, untuk
apa sebenarnya program ini?? Menanam seribu pohon, jika tidak ada tindak
lanjutnya hanya akan menjadikan sia- sia belaka. Bukannya hidup pohon tersebut,
justru akan mati jika tidak dimonitoring secara berkala. Apalagi ini adalah
musim kemarau panjang. Meskipun mahasiswa mendapat himbauan untuk melakukan
monitoring, tapi sama sekali tidak dilakukan. Tentu banyak sekali alasannya,
mulai dari sibuk lah, malas lah, dan alasan yang lainnya. Bahkan besar
kemungkinannya mahasiswa sudah lupa, dimana dulu dia menanam pohonnya itu. Entah
bagaimana sekarang nasibnya pohon yang ditanam itu, ya... pohon yang saya tanam
juga. Tapi dimana ada kontra pasti ada yang pro kan? Tentu ada yang pro, bagi
beberapa mahasiswa yang lain. Penanaman ini dianggap sebagai kontribusi nyata
Unnes terhadap lingkungan sekitarnya. Dilain itu juga sebagai komitmen bersama
untuk mewujudkan penghijauan dan kelangsungan komoditas utama dan membangun daerah
Gunung Pati sebagai penyuplai buah-buahan di Semarang. Komoditas yang dimaksud
adalah berbagai tanaman buah- buahan yang ada di daerah tersebut, sebut saja
Durian, Rambutan, Mangga, Jambu dan buah- buah lainnya.
Konservasi alam yang dilakukan oleh Unnes, yaitu melakukan penanaman
seribu pohon diberbagai daerah yang masih dalam jangkauan Gunung Pati.
Mahasiswa diwajibkan untuk menanam satu pohon dan melakukan monitoring paling
tidak 2 kali setelah penanaman tersebut. Yah... tapi realisasi tidak pernah
dilakukan. Sebagai bukti penanaman, mahasiswa diharapkan mengambil gambar saat
ia melakukan penanaman tersebut. Tak cukup dengan hal itu, mahasiswa pun
diharuskan untuk mengupload hasil dari jepretannya tersebut melalui website Unnes.
Bahkan penanaman pohon di Unnes didampingi sistem presensi. Setiap mahasiswa
akan melakukan presensi sebelum melakukan penanaman pohon bersama tersebut.
Karena program ini adalah wajib bagi mahasiswa, tentu bagi mahasiswa yang belum
melakukan penanaman pohon tersebut, harus melakukannya bersamaan dengan
angkatan selanjutnya.
Entah tahu, atau tidak tapi Unnes
harus mengakui bahwa ada beberapa anak yang melakukan kecurangan dalam program
ini. Ada salah seorang teman saya yang tidak bisa saya sebutkan namanya, yang
jelas- jelasnya mengaku bahwa ia tidak ikut dalam penanaman pohon tersebut,
tetapi dia titip presensi kepada temannya yang ikut dalam penanaman tersebut. Untuk
masalah upload, gampang hanya tinggal foto di samping pohon dan diupload kan
beres. Unnes tidak akan tahu dari mana foto tersebut berasal. Bagaimana hal itu
dapat terjadi? Dalam dunia permahasiswaan, hal ini wajar adanya. Kuliah saja
terkadang bisa titip presensi, apalagi hal ini. Entah apa ini kegagalan Unnes
menciptakan mahasiswa yang jujur dan komitmen terhadap hidupnya? Saya tidak
tahu jawabannya. Hal ini tentu akan berlanjut, seperti yang diketahui jika
senior melakukan hal ini, bagaimana dengan juniornya. Sedang banyak sekali
senior yang sering meniupkan angin- angin yang berbau tak sedap tentang
kebijakan- kebijakan di Unnes.
Comments
Post a Comment