Thursday, 5 November 2015

3 HARI DI JALAN JAWA TENGAH



3 HARI DI JALAN JAWA TENGAH



Selamat pagi kawan, kali ini saya akan menceritakan pengalaman saya waktu keliling di Jawa Tengah. Perjalanan ini terjadi awal mulanya karena keinginanan untuk bertemu kawan-kawan kos. Ini adalah kali kedua saya melakukan perjalanan jauh hanya satu motor saja. Dua bulan yang lalu saya pernah melakukan perjalanan bermotor melalui jalur pantura Jawa Tengah. Rute perjalanan dulu meliputi Kudus-Demak-Semarang-Kendal-Batang-Pekalongan-Pemalang-Tegal-Slawi hingga ke Bumijawa alias kaki gunung Slamet. Untuk perjalanan kali ini kami, aku dan Intan akan mengambil jalur selatan.

Day 1:

Kami memulai perjalanan start dari Kudus saya seorang diri, dan sampai di Semarang baru Intan bergabung dengan saya. Jadi perjalanan ini hanya kami berdua saja. Seperti biasa perjalanan kali ini saya ditemani oleh motor kecil putih andalan saya, yaitu motor Honda Beat. Setelah di rasa persiapan motor sudah ok, kami berdua langsung gas menuju destinasi kami yang pertama yaitu Kebumen. Di Kebumen nantinya kami berjanji untuk bertemu kawan di sekitar alun-alun Kebumen. Rute yang kami ambil jelas jalur selatan meliputi,

Semarang-Ungaran-Ambarawa-Magelang-Purworejo-Kebumen

Kami sempat berhenti di salah satu destinasi wisata Kabupaten Magelang yaitu Candi Mendut. Candi ini hanya satu kompleks saja dan terdiri dari satu candi, namun di sekitar candi terdapat reruntuhan. Ini dia saya,

 duduk dulu

Jalur ini kami belum pernah sekalipun melewatinya, kami hanya bermodal kemauan dan plang penunjuk di sepanjang perjalanan. Awal mula jalur hingga magelang masih lumayan datar, namun menjadi semakin curam ketika mulai melewati Kabupaten Purworejo. Sebagaimana ciri khas dari  jalur selatan yang kontur tanahnya naik turun, begitu juga dengan perjalanan kami. Hal yang sangat berbeda antara jalur pantura dan jalur selatan adalah kondisi jalan. Jika kita biasa melewati jalur pantura yang memiliki kontur datar dan luas namun jalan tidak rata, hal ini sangat berbeda karena jalur selatan memiliki keadaan yang lebih rata dan bagus. Namun menjadi sangat berbahaya karena jalur selatan memiliki lebar yang cukup sempit dan naik turun.

Setelah beberapa lama sekitar pukul 3sore kami mulai memasuki Purworejo, beberapa jalan di sepanjang Purworejo tengah dalam pengerjaan jalan, jadi agak macet. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak sambil mencari makan di sepanjang jalan. Beberapa saat kami akhirnya meneruskan perjalanan ke Kebumen. Sekitar jam setengah 5 kami sudah berada di alun-alun Kebumen. Awalnya kami tidak menyadari bahwa alun-alun Kabupaten Kebumen bukan berada di tugu Walet, tapi beberapa ratus meter dari tugu tersebut. Kami memutuskan untuk nongkrong sejenak di alun-alun sambil minum kopi. Ini dia alun-alun Kabupaten Kebumen.

 alun-alun Kebumen

Day 2:

Setelah kami bertemu dengan kawan kami, malam itu kami memutuskan untuk menginap. Keesokan paginya kami berencana untuk sekedar melihat pantai indah di kebumen, yaitu Pantai Menganti di ujung perbatasan Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Cilacap. Sebelum pergi, saya kenalkan ini pasukan saya.


 tebak sendiri siapa namanya

Perjalanan ternyata lumayan jauh, jika dari alun-alun Kebumen maka butuh waktu kurang lebih 1,5 jam. Selain itu kontur jalan memang sangat halus, namun ketika mulai memasuki wilayah pegunungan kapur khas pantai selatan perjalanan menjadi sangat berbahaya. Jalan menjadi sangat sempit dan tajam, harus sangat berhati-hati jika hendak menuju ke destinasi Pantai Menganti ini. Sepanjang perjalanan hal yang paling mencolok selain pohon-pohon kelapa, namun akan terlihat beberapa petanian papaya California yang sedap di pandang mata. Setelah beberapa lama menaiki tebing turun tebing akhirnya kita sampai juga di Pantai Menganti yang indah ini. Seperti ini penampakannya.

salah satu view pantai menganti



 asik juga kan

Seusai dari menganti kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Purwokerto, sektiar jam 1 siang kami berangkat dari Kebumen. Perjalanan turun dari pantai menganti sangat berbahaya, saya sempat khawatir jika motor kecil ini ngambek atau bermasalah. Namun Alhamdulillah motor mau di ajak berkompromi dan nurut. Sebelum sampai ke Purwokerto kami sempat mampir di salah satu SPBU ketika memasuki jalan utama di Gombong. Kami mampir untuk sholat Dzuhur dulu sambil melepas lelah. Baru sekitar pukul 2 siang kami memutuskan ke Purwokerto dengan jalan santai.

Perjalanan ke Purwokerto juga lumayan, kami melewati jalur menurun ketika mulai memasuki wilayah Banyumas. Kami sampai di Banyumas sekitar pukul 4 sore dan melewati alun-alun Banyumas yang saat itu tengah dalam penggarapan alias belum jadi. Kami memiliki janji untuk bertemu salah seorang teman di Purwokerto di depan Rumah Sakit swasta di jantung kota Purwokerto.

Malam hari tidak gaul rasanya jika tidak kuliner di kota Purwokerto ini. Berhubung kami berdua tidak pengalaman dengan wisata malam, kami diajak ke alun-alun kota. Setelah makan sushi yang rasanya tidak bisa saya jabarkan itu, kami pun nongkrong sebentar di alun-alun. Mungkin ini adalah alun-alun yang cukup ramai dan menyenangkan, saat itu di alun-alun sedang ada pertunjukan music tradisional Kentongan khas Banyumas. Memang tidak seperti music tradisional seperti dulu karena terdapat instrument tambahan seperti drum, namun tetap keren banget. Ini dia beberapa fotonya.


sebenernya nggak gue banget

Day 3:

Pagi hari setelah kita nongkrong, karena hari ini adalah hari minggu. Maka tidak lengkap jika tidak mampir di acara Car Free Day nya kota Purwokerto. Pagi sekitar pukul 7 kami menuju sepanjang jalan kota. Bisa dijumpai aneka makanan dan jajanan dan segala macam berjejer di sepanajng jalan kota. Utnuk sarapan kami pilih menu pecel kupat dan gorengan. Setelah perut kenyang kami memutuskan untuk mencoba jajanan yang katanya lagi ngehits yaitu, es batok. Ini dia penampakannya




                                                             itu es batok


karena sebuah urusan, kami putuskan pagi hari untuk kembali ke Semarang, namun kali ini kami melalui jalur pantura. Setelah pamit dan lain-lain kami pun bergegas untuk menuju Pemalang, di sana nanti saya akan mampir sejenak di rumah Intan. Sekitar pukul 2 siang kami sampai juga di Pemalang. Kami membelah Jawa Tengah dari jalur selatan ke utara. Mungkin Pemalang adalah salah satu Kabupaten yang sangat luas di Jawa Tengah, sangat berbeda jika dibandingkan dengan Kabupaten Kudus.

Sekitar pukul 5 sore kami berangkat ke Semarang, perjalanan mulai gelap ketika kami mulai memasuki alas roban Kabupeten Batang. Hingga sampai di Kendal kami memutuskan untuk mampir ke masjid samping alun-alun untuk sholat magrib sejenak. Sepanjang jalan Kendal jalanan semakin gelap, hingga akhirnya sekitar pukul 9 malam tepat kami sampai di tempat kos di Semarang. Kami sangat bersyukur karena kami masih diberikan keselamatan sepanjang perjalanan 3 hari ini.


Sekian pengalaman saya dan kawan saya Intan ketika 3 hari perjalanan membelah Jawa Tengah dengan motor kecil saya. Salam advrider,  persiapkan perjalanan agar selamat sampai rumah ya..

Monday, 26 October 2015

CURUG BENOWO KABUPATEN SEMARANG



CURUG BENOWO KABUPATEN SEMARANG


Sebagai seseorang yang pernah tinggal di Semarang, tidak keren jika tidak mengetahui salah satu destinasi wisata ini, namanya adalah Curug Benowo. Dulu kita saya pernah paparkan tentang curug kembaran Curug Benowo yaitu Curug Lawe, klik sini. Nah sekarang sedikit review tentang perjalanan ke Curug Benowo. Hampir sama dengan Curug Lawe, kita menuju ke tempat parkir lewat jalan Unnes Sekaran ambil arah Boja Kendal, setelah itu tinggal mengikuti plang arah Curug Benowo. Untuk tiket masuk tidak perlu khawatir, saya selalu memberikan review destinasi wisata yang murah meriah. Untuk masuk kita hanya butuh membayar parkir dan tiket masuk sebesar 2000 dan 4000 rupiah totalnya 6000 rupiah saja.

Perjalanan memiliki track yang cukup menarik. Dari sana kita dapat melihat hutan rimbun yang sangat indah. Jalan lumayan lama dan track lebih berbatu. Jangan lupa kita harus membawa bekal minuman dan makanan seadanya karena destinasi ini belum ada pedagang yang berjualan. Untuk sapai ke Curug Benowo kita butuh waktu kurang lebih 1 jam. Sepanjang jalan juga kita dapat mengyusuri aliran sungai yang membuat kita lebih semangat untuk sampai ke tujuan. Ini adalah beberapa penampakan dari Curug Benowo. 

beberapa foto ini terlihat sangat indah, tapi ini hanya foto. Akan lebih menyenangkan ketika melihat dengan mata kita sendiri. Foto di atas adalah ketika saya berdiri di salah satu batuan di sekitar Curug. Perlu diketahui bahwa Curug Lawe dan Curug Benowo memiliki perbedaan yang sangat besar. Dari bentuknya Curug Lawe memiliki sebaran air di sekeliling curug, tapi Curug Benowo memiliki satu jalur air saja.

Foto samping ini adalah dua orang kawan ketika ngetrip menjelajah hutan ini demi melihat indahnya Curug Benowo. Salam bolangers, dan jangan lupa jaga kebersihan ya.

GUNUNG LAWU PUNCAK HARGO DUMILAH 3265 MDPL



GUNUNG LAWU



Gunung Lawu merupakan salah satu gunung yang cukup terkenal di kalangan pendaki, khususnya daerah Jawa Tengah. Gunung Lawu memiliki ketinggian 3265 mdpl, lumayan tinggi. Terletak di perbatasan provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Setengah di Kabupaten Karangayar dan setengahnya lagi di Magetan. Untuk mendaki ke sana, memiliki tiga jalur utama pendakian. Bisa ditempuh lewat jalur Cemoro Kandang, Cemoro Sewu, atau bisa menggunakan rute Candi Cetho. Namun dari ketika trek tersebut, mungkin jalur Cemoro Sewu yang paling banyak digunakan. Pendakian tersebut kami lewat Cemoro Sewu.

Hari itu, saat libur kuliah kami rombongan sekitar 12 orang, 9 orang laki-laki dan 3 orang perempuan berangkat dari Kota Semarang. Kami menggunakan motor untuk sampai di sana. Perjalanan itu kami mulai sekitar pukul 9 pagi, dan baru sampai di Pos Pendakian Cemoro Sewu sekitar pukul 4 sore. Kami pun melakukan regristrasi terlebih dahulu sambil berbincang dengan penjaga pos. sekitar pukul 5 sore kami memulai pendikian. Perlu diketahui bahwa pendakian ini adalah pendakian pertama kami semua, tidak ada salah seorangpun yang pernah mendaki Gunung Lawu. Jalur pendakian Cemoro Sewu kami pilih secara tidak sengaja, kami hanya melihat plang pos pendakian Cemoro Sewu dan kami belok ke sana. Untuk pendakian jalur Cemoro Sewu merupakan jalur pendakian dengan trek susunan batu seperti anak tangga.

Baru sekitar satu jam kami tracking, kami memutuskan untuk berhenti dan mempersiapkan makanan sebelum keadaan benar-benar gelap. Hal itu kami lakukan karena udara di atas sangat dingin dan tidak baik jika perut dalam keadaan kosong. Sekitar setengah jam kami makan bersama di sebuah tempat berteduh (bukan pos satu). Kami akhirnya melanjutkan perjalanan.

Sekitar pukul 9 malam kami baru sampai di sebuah gazebo yang sepertinya itu adalah pos 1 pendakian jalur Cemoro Sewu, kami pun berhenti sejenak mengambil nafas. Perlu diketahui bahwa jalur Cemoro Sewu memiliki 6 pos pendakian , pos terkahir sangat berdekatan dengan puncak. Beberapa mitos sebenarnya mengikuti perjalanan kami, khususnya jalur Cemoro Sewu. Ada yang mengatakan bahwa Gunung Lawu adalah salah satu gunung angker yang sering digunakan untuk bersemedi atau mencari berkah oleh orang-orang tertentu. Selain itu mitos berkembang bahwa di pos 2 pendaian Cemoro Sewu merupakan tempat angker yang memiliki sebutan pasar setan. Entah benar atau tidak itu tergantung orang masing-masing.

Proses pendakian kami lanjutkan setelah sekitar 10 menit kami berhenti. Dari pos 1 ke pos 2 jaraknya lumayan jauh, hampir sekitar satu jam kami baru sampai di pos 2. Namun demi menghindari hal yang tidak diingninkan akhirnya kami melewati pos 2 tanpa berhenti. Kami memutuskan untuk berhenti sejenak ditepian jalur pendakian. Perjalanan ke gunung Lawu yang memiliki puncak Hargo Dumilah ini merupakan pendakian yang sangat berat. Medan yang keseluruhannya adalah tumpukan batu dan menanjak sepanjang trek juga di dukung oleh jalur yang zigzag, maka patut saya sebut sangat berat.
Harus diketahui bahwa beberapa pos pendakian tidak memiliki plang penanda atau nama. Maka sewaktu kita melewati sebuah gazebo yang agak besar, maka kami berasumsi bahwa itu adalah pos pendakian selanjutnya. Masih sekitar pukul 1 pagi, kami masih melanjutkan trek pendakian. Beberapa pos kami melawati tanpa tahu apa nama dari pos-pos tersebut. Udara semakin malam, sangat dingin dan didukung oleh angin kencang, pendakian ini terasa berat. Sekitar pukul 2 pagi kami menemukan tanah yang cukup lapang (tapi bukan puncak), kami pun berhenti dan beristirahat di sana. Sepanjang jalan kami tidak tahu puncak Lawu berada di sebelah mana. Hingga akhirnya kami memutuskan untuk terus berjalan.

Satu jam kemudian atau sekitar pukul 3 pagi akhirnya kami sampai si sebuah tanah lapang lagi. Kali ini kami bisa bernafas lega karena ada sebuah bangunan yang ternyata itu adalah warung makan. Percaya tidak percaya, inilah salah satu keunikan saat kita mendaki gunung Lawu. Ada sebuah warung yang kerap disebut para pendaki sebagai warung makan Mbok Yem. Tapi yang kami temui ini bukan warung Mbok Yem (warungnya ada, tapi di jalur trek lain). Karena kami merasa sudah tidak kuat untuk melanjutkan perjalanan, akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda di sana, atau pos 5 pendakian jalur Cemoro Sewu. Dan memutuskan untuk makan terlebih dulu.
Pendakian yang cukup panjang untuk sebuah puncak Gunung Lawu, selepas makan kami coba untuk istirahat sebentar sebelum muncak pagi nanti sekitar pukul setengah 5 pagi nanti. SB sudah double dan jaket pun tebal, tapi udara sangat dingin dan angin sangat kencang, sama sekali tidak bisa merasakan istirahat. Akhirnya kami semua bangun setengah 5 dan memutuskan untuk muncak. Tenda kami tinggal di sana dan tidak membawa apa-apa ketika muncak, katanya sudah lumayan dekat. Benar saja sekitar pukul setengah 6, persis sunrise muncul kami memasuki area puncak. Tepat di samping tugu puncak Hargo Dumilah terdapat tempat untuk ngecamp. Dan inilah beberapa foto pedakian Gunung Lawu puncak Hargo Dumilah 3265mdpl

posisi di samping puncak

                                                    ini tugu puncak Hargo Dumilah

ini pas mau turun gunung, awannya keren


ok kawan, itu cerita saya. salam bolangers, jagnan lupa jaga kebersihan lingkungan.



Wednesday, 16 September 2015

PERJALANAN KE MAGELANG



PERJALANAN KE MAGELANG


LEMBAH TIDAR
Ok, kita bertemu lagi. Kali ini aku akan menceritakan pengalaman yang sangat menyengkan di kota bunga, Magelang. Selain terkenal dengan gunung Merapi yang selalu erupsi itu, Magelang menyimpan banyak tempat tersembunyi. Kali ini aku dan temanku mengelilingi wisata alam di Magelang. Kita bahasa satu-satu, kami start dari Semarang sekitar pukul 6 pagi, tidak lupa sarapan dulu. Dari Semarang kami hanya berdua dengan Atik, dan rencananya kita akan bertemu dengan tuan rumah, Diyah. Sepanjang perjalan ke Magelang, kami lewat jalan Semarang-Bandungan-Ambarawa-Magelang. Pemandangan yang sangat indah akan kita jumpai sepanjang jalan lingkar Ambarawa. Beberapa gunung berjejer, sangat jelas gunung Merbabu, Andong peak, hingga Merapi yang perkasa. Jangan sia-siakan pemandangan seperti itu, kita bisa ambil kamera untuk abadikan momen tersebut jika mau. Namun, saat itu kami hanya lewat karena daerah itu sering kami lewati.
Sekitar pukul 8 pagi kami sampai di alun-alun Magelang, ternyata perjalanan dari Semarang ke Magelang tidak terasa karena pemandangan penyejuk mata sepanjang jalan. Entah karena pengin atau lapar lagi, kami pun stay di sebelah barat alun-alun tepatnya di sekitar tempat makan depan Masjid Alun-Alun Magelang. Kita akhirnya mencoba menu soto Magelang, sambil menunggu jemputan teman kami, Diyah. Makan selesai dan akhirnya dengan mudah Diyah menemukan kami.
Petama sekali kami mampir ke rumah Diyah, setidaknya kami tahu di mana rumahnya. Rumah teman kami berada di daerah lembah Tidar. Akhirnya destinasi pertama kami adalah ke puncak lembah Tidar, aku menyebutnya lembah karena tingginya hanya sektiar 600 mdpl. Namun lembah ini memiliki ke unikan tersendiri, lembah ini dipenuhi oleh sekawanan monyet hutan. Awalnya kami was-was untuk naik karena monyet dapat sewaktu-waktu mendekati kami. Hal lucu sempat terjadi, kami berjalan beriringan menaiki ratusan tangga hingga seekor monyet menghampiri kami. Secara reflek kami pun bertingkah diam seperti patung dengan perasaan konyol, itu sangat terlihat bodoh. Di tengah anak tangga dapat kita jumpai beberapa penjual makanan ringan dan minuman. Ada sebuah tempat makam, namya makan kyai Panjang. Disebut Kyai Panjang, mungkin karena makan tersebut memanjang hingga kurang lebih 10 meter. 


Lalu ada juga makam Syekh Subakir di tengah perjalanan. 

Sekitar kurang dari 1 jam kami sampai di puncak Tidar. Puncak ini sering digunakan untuk berlatih para taruna tentara dari Magelang. Pada dasarnya sampai puncak kita tak dapat melihat pemandangan Magelang dari sini,  tapi lumayan untuk olahraga. Akhirnya hanya sekitar 30 menit kami di sana dan turun untuk destinasi lain.

AIR TERJUN SILAWE

 Akhirnya setelah ke Tidar kami diajak oleh Diyah untuk ke air terjun Silawe. Tapi entah kemana dia mengajak kami, hingga kami harus nyasar beberapa kami. Cukup diperlukan tenaga ekstra untuk sampai ke air terjun tersebut. Jalannya sangat terjan dan curam, si kecil sampai tidak kuat untuk membawa aku dan atik sampai ke pintu masuk air terjun. 


Akhirnya dengan perjuangan yang sedikit ngotot, karena takut si kecil ngembek kami sampai juga di pembelian tiket air terjun Silawe. Nih penampakannya, mungkin tingginya ada 25 meteran. mungkin itu karena saya juga belum pernah ngukur. haha...
eh,, tu kan indah


Salam bolangers,,, jaga kebersihan. sampahnya jangan lupa dibawa pulang