Monday, 31 December 2012

NAPOLEON BONAPARTE


Napoleon, Politics, Peace, and Power 



“I still love you, but in politics there is no heart, only head.”
“He accepted peace as if he had been defeated.”
“Power is my mistress. I have worked too hard in conquering her to allow anyone to take her from me, or even to covet her.”

      Napoleon Bonaparte, dua dari delapan bersaudara, (1769-1821) lahir pada 15 Agustus 1769 di Corsica, sebuah pulau di Laut Tengah di bawah kekuasaan Prancis, dari pasangan Carlo Buonaparte dan Leticia Ramolino Bonaparte yang sama sekali tidak berkecimpung di dunia militer. Thanks to his father's influence, Napoleon bersekolah di sekolah militer Brienne dan Ecole Militaire atas biaya Raja Louis XVI. Sejak itu kariernya di dunia militer melejit. Napoleon ikut menjadi tokoh sentral dalam revolusi bersejarah Eropa, Revolusi Prancis (1789-1799), yang menjatuhkan monarki absolut dan membangun sebuah negara demokratis.
      Dalam kepemimpinannya itulah, kita dapat melihat ide perdamaiannya yang secara implicit tampak dalam tujuan yang ingin dicapainya, yaitu mendirikan negara Eropa sebagai “federation of free people”. Untuk mencapai “perdamaian”nya itu, dia berperang menakhlukkan sebagian besar negara-negara Eropa dalam perang Napoleón (1799-1815). Di semua kekuasaannya itu, dia melakuan banyak perubahan, seperti penghapusan feodalisme dan perbudakan, adanya kebebasan beragama, dan dibentuknya konstitusi per negara. Napoleón juga sangat memperhatikan bidang pendidikan yang adil bagi warganya. Meskipun begitu, dia memerintah secara otoriter, kadang seperti tiran. Hal itu juga, ditambah dengan kekalahannya di Rusia, mendorong perlawanan dari negara-negara yang dikuasainya. Napoleón jatuh dan pada akhirnya diasingkan di Saint Helena hingga meninggal pada 5 Mei 1821.

ANALISIS BUTIR TES ITEMAN 3.0


Interpretasi Output ITEMAN 3.0
Output Analisis Butir Soal ITEMAN 3.0.
1.      Prop. Correct adalah Proporsi siswa yang menjawab benar butir tes, tingkat kesukaran soal . Nilai ekstrem yang  mendekati nol atau satu menunjukkan bahwa butir soal tersebut terlalu sukar atau terlalu mudah untuk pesserta tes. Indeks ini disebut juga indeks tingkat kesukaran soal secara klasikal.
Soal dengan P 0.00 sampai 0.30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0.30 sampai 0.70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0.70 sampai 1.00 adalah soal mudah (Arikunto, 2006:210)
2.      Biser adalah indeks daya pembeda soal dengan menggunakan koefisien korelasi biserial. Nilai positif menunjukkan bahwa peserta tes yang menjawab benar butir soal mempunyai skor relatif tinggi dalam tes tersebut. Sebaliknya nilai negatif menunjukkan bahwa peserta tes yang menjawab benar butir soal memperoleh skor yang relatif rendah dalam tes. Untuk statistik pilihan jawaban (alternatif), korelasi biserial negatif sangat tidak dikehendaki untuk kunci jawaban dan sangat dikehendaki untuk pilihan jawaban yang lain.
D = 0.00 --- 0.20 adalah jelek (poor)
D = 0.20 --- 0.40 adalah cukup (satisfactory)
D = 0.40 --- 0.70 adalah baik (good)
D = 0.70 --- 1.00 adalah baik sekali (excellent)
D = negatif, semuanya tidak baik atau jelek sekali (Arikunto, 2006:208)
3.      Point biserial adalah juga indeks daya pembeda soal dan pilihan jawaban (alternatif) dengan menggunakan koefisien korelasi point biserial, penafsirannya sama dengan statistik biserial.
4.       Prop. Endorsing adalah angka yang menunjukkan efektifitas pengecoh. Tiap pilihan minimal dipilih oleh 5% pemilih Arikunto (2006:220)

Butir Soal Nomor 1

Seq.  Scale     Prop.                 Point            Prop.                     Point
No.   -Item     Correct  Biser.  Biser.   Alt.  Endorsing  Biser.  Biser.  Key
----  -----        -------     ------    ------   ----- ---------        ------    ------     ---

  1   0-1         0.000   -9.000  -9.000     A   0.000         -9.000  -9.000 
                                                            B     0.000        -9.000  -9.000     *
                                                            C     0.000        -9.000  -9.000 
                                                            D     0.000        -9.000  -9.000 
                                                            E     0.000        -9.000  -9.000 
                                                        Other   1.000       -9.000  -9.000 

Tingkat kesukaran sebesar 0.000 (sukar), yaitu 0,0% siswa menjawab soal dengan benar. Daya pembeda rbis=-9.000 dan rpbis=-9.000 keduanya bertanda negatif. Hal ini menunjukkan bahwa baik peserta tes yang pintar maupun kurang pintar cenderung menjawab salah soal ini. Pilihan B merupakan kunci jawaban bertanda negatif maka menunjukkan kunci jawaban tidak berfungsi sebagaimana mestinya.  Dilihat dari ditribusi jawaban semua pengecoh sama sekali tidak ada yang berfungsi. Hal ini terlihat dari Prop Endorsing semuanya 0,0%. Dengan kesimpulan butir soal nomor 1, sangat tidak baik dan perlu direvisi atau diganti dengan butir soal yang lain.

Butir Soal Nomor 2

2   0-2     0.886   -0.054  -0.033          A     0.886    -0.054    -0.033    *
                                                            B     0.057    -0.048    -0.024 
           CHECK THE KEY                  C     0.000    -9.000   -9.000 
   A was specified, E works better      D     0.029    -0.206   -0.081 
                                                            E     0.029     0.450     0.176   ?
                                                        Other   0.000    -9.000  -9.000 

Tingkat kesukaran soal ini sebesar 0.886 (sangat mudah), dimana 88,6% peserta tes menjawab benar. Daya pembeda, rbis=-0.054 dan rpbis=-0.033 bertanda negatif menunjukkan (jelek sekali). Hal ini menunjukkan bahwa peserta tes baik siswa pintar dan siswa kurang pintar cenderung menjawab salah. Alternatif jawaban siswa menjawab yaitu sebanyak 88,6% memilih alternatif A, 5,7% memilih alternatif B, 0% alternatif C, 2,9% alternatif D, dan 0,29% alternatif E. Hal ini menunjukkan pengecoh pilihan A dan B efektif sedang pilihan C, D, dan E tidak berfungsi. Terdapat tanda tanya pada pengecoh E (dimana kunci jawaban adalah A) dimana alternatif E bernilai pisitif dan lebih besar dari kunci jawaban A maka pilihan tersebut perlu ditinjau lagi dari segi kualitatif.

Wednesday, 28 November 2012

Populasi dan Sampel Kab Grobogan


Populasi dan Sampel
Di Kabupaten Grobogan terdapat 116 SMP yang terdiri atas 1 sekolah RSBI, dan 64 SMP Negeri (11 SMP Negeri Satu Atap) serta 51 sekolah swasta. Sebagai populasi dari penelitian ini adalah siswa dari IX dari 115 SMP Negeri dan swasta yang meliputi :
SMP Negeri RSBI: 1 sekolah
SMP Negeri SSN : 16 sekolah
SMP Negeri non SSN : 48 sekolah
SMP swasta  : 51 sekolah.
Penentuan sampel soal dengan purposive sampling yaitu siswa kelas VII karena terbatasnya waktu dan data penelitian. Untuk memperoleh  sampel siswa yang representatif maka digunakan teknik proportional stratified random sampling. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan sampel:
 a. Random, menurut Arikunto (2006) karena luasnya wilayah, sulitnya
menjangkau daerah tertentu, serta keterbatasan tenaga, dana, dan waktu maka dalam penelitian ini diambil prosentase sebanyak 10% dari 115 sekolah. Daftar SMP Negeri dan swasta. Besarnya sampel yaitu 10% x 115 = 11,5 dibulatkan menjadi 12 sekolah. 
b. Stratified, digunakan untuk mengklasifikasikan sekolah berdasarkan kriteria yaitu SMP Negeri SSN, SMP Negeri non SSN dan SMP swasta.
c. Propotional, setelah dikelompokkan menurut kriteria di atas maka selanjutnya diambil sampel menurut perbandingan tertentu mengacu Arikunto (2005):
SMP RSBI                         :1 sekolah
SMP Negeri SSN               :16/115 x 12 = 1,66  dibulatkan 2 sekolah
SMP Negeri non SSN        :48/115 x 12 = 5,00 dibulatkan 5 sekolah
SMP swasta                        :51/115 x 12 = 5,32 sekolah dibulatkan 5 sekolah
Untuk sampel siswa dari masing- masing sekolah akan diambil satu kelas ditingkat kelas VII yang telah diatur batasannya oleh dalam Standar nasional pendidikan Indonesia mengatur batas maksimal jumlah siswa per kelas maksimal yaitu 32 siswa. Jadi di dapat sampel siswa Kota Semarang sejumlah 32 x 13 = 416 siswa


Daftar sekolah yang siswa akan di analisis
No
Kriteria (jumlah)
Sampel Sekolah
1.       
SMP RSBI
SMP N 1 Purwodadi
1.        
SMP N SSN (2)
SMP N 1 Godong


SMP N 1 Karangrayung
2.        
SMP N non SSN (5)
SMP N 3 Karangrayung


SMP N 3 Godong


SMP N 6 Purwodadi


SMP N 2 Toroh


SMP N 5 Purwodadi
3.       
SMP Swasta (5)
SMP Dr. Sutomo


SMP YATPI Godong


SMP Islam Tegowanu


SMP PGRI Tegowanu


SMP Yasiha Gubug

referensi:

http://purwodadikabgrobogan.comuv.com/Kota%20Purwodadi%20Kabupaten%20Grobogan/tag/daftar-sltp-smp-negeri-di-kabupaten-grobogan

Monday, 19 November 2012

Pemasaran Berwawasan Masyarakat


KONSEP PEMASARAN BERWAWASAN MASYARAKAT ATAU SOCIAL MARKETING

Pemasaran adalah kegiatan pemasr untuk menjalankan usaha guna memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan jasa, mendistribusikan, mempromosikan melalui proses pertukaran agar memuaskan konsumen dan mencapai tujuan pemasaran. Konsep ini menyatakan bahwa tugas industri adalah menentukan keinginan serta kepentingan pasar sasaran dan memenuhi dengan lebih efektif serta lebih efisien dari pada saingannya dengan cara mempertahankan atau meningkatakan kesejahteraan  pelanggan dan masyarakat. Konsep pemasaran bermasyarakat atau social memintan pemasar untuk menyeimbangkan tiga factor dalam menentukan kebijaksanaan pemasar yaitu:
1.                  Keuntungan industri jangka pendek.
2.                  Kepuasan pelanggan jangka panjang.
3.                  Kepentingan umum dalam pengambilan keputusan.
Program social marketing merupakan upaya untuk memanfaatkan teknik-teknik dan sumber usaha komersial untuk mencapai tujuan social dalam hal tersedianya perlengkapan, informasi dan pelayanan secara luas. Istilah social marketing sendiri menggambarkan esensi dari melayani kepentingan social melalui teknik-teknik pemasaran. Pemasaran social memanfaatkan konsep-konsep segmentasi pasar, penelitian konsumen, pengembangan konsep, komunikasi, fasilitas, intensif dan teori pertukaran untuk memaksimal respon dari kelompok sasaran termasuk kepuasan pelanggan.

Konsep Dasar Pemasaran Sosial:
1.                  Adanya tujuan objektivitas yang didesai untuk memenuhi kebutuhan dan keingingan kelompok sasaran.
2.                  Pemasaran social adalah suatu proses teknikal-menejerial dan social-behaviorel yang menyangkut bayak partisipan dari pembuat keputusan-adopter.
3.                  Pemasaran social bukan semata-mata periklanan tetapi suatu proses yang lebih luas.
4.                  Program pemasaran social haruslah efektif dan merata utuk jangka pendek dan efisien untuk jangka panjang, untuk menjamin investasi dan alokasi sumber-sumber.
Kepuasan Pelanggan Sepenuhnya (Total Custemer Satisfaction)
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya. Kepuasan pelanggan di bedakan menjadi 3 taraf:
1.                  Memenuhi kebutuhan-kebutan dasar pelanggan.
2.                  Memenuhi harpan pelanggan dengan cara membuat pelanggan kembali lagi.
3.                  Melakukan hal lebih yang diingnkan pelanggan
Dari ketiga tarf diatas, keberhasilan strategi pemasaran dapat dicapai sudah mencapai ketaraf 3, yaitu yang paling memberikan kepuasan kepada pelanggan. Langkah yang pertama untuk memuaskan pelanggan harus menentukan dan dan mengatasi kebutuhan-kebutuhan pelanggan. Untuk mencapai kepuasan pelanggan dalam konteks industri diperlukan beberapa usaha diantaranya:
a.                   Filosofi kepuasan pelanggan
b.                  Mengenal kebutuhan atau harapan pelanggan
c.                   Membuat standard an pengukuran kepuasan pelanggan
d.                  Orientasi karyawan
e.                   Pelatihan
f.                   Keterlibatan karyawan
g.                  Pengakuan
Cara yang digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan:
1.      System keluhan dan saran
2.      Surveri kepuasan pelanggan
3.      Analisa pelanggan yang beralih

LAYOUT DAN TATA RUANG KANTOR


ANALISIS LAYOUT DAN TATA RUANG
KANTOR C6 LANTAI 1 DAN 2
FAKULTAS EKONOMI
UNNES

Posisi Ruangan Lantai I dan II C6
Gedung C6 dibagi tiga tiga kategori yang pertama adalah ruang dosen dan karyawan, kedua ruang perkuliahan, dan yang ketiga adalah ruang Dekan dan Pembantu Dekan. Tangga penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2 memiliki lebar hanya satu meteran. Hal ini sangat menyulitkan ketika orang yang hendak naik dan orang yang hendak turun saling berpapasan. Sempit sekali dan jarak antara satu tangga ke tangga lainnya terlalu tinggi, jadi sangat beresiko seseorang jatuh. Selain itu tipe tangga seperti itu akan menyulitkan ketika ada distribusi barang dari lantai 1 ke lantai 2 atau sebaliknya.
Di lantai 2 sebelah utara terdapat ruang dosen dan karyawan satu laboratorium komputer sedang bagian selatan adalah ruang perkuliahan. Hampir sama, tetapi bedanya di lantai 1 hanya untuk ruang dosen dan karyawan. Sebelah utara adalah ruang dosen dan karyawan, sedang bagian tengah terdapat sebuah lemari kaca yang dijadikan tempat penyimpanan piala dan penghargaan terhadap FE Unnes. Di belakang lemari kaca tepat terdapat ruang tata usaha , dan di sebelah selatan terdapat ruang Dekan dan Pembantu Dekan I, II, dan III dan sebuah resepsionis di depannya.

Layout Kantor
Kebanyakan konsep layout yang digunakan lantai 2 gedung C6 FE menggunakan layout terbuka artinya tata ruang kantor dengan ruangan yang besar dan ditempati beberapa pegawai. Hal ini memperlancar arus pekerjaan dari meja satu ke maja lainnya. Tapi karena di huni beberapa pegawai, maka akan lebih susah untuk berkonsentrasi terhadap pekerjaan yang dikerjaan. Berbeda dengan ruangan jurusan akuntasi, ruangannya di desain dengan menggunakan sekat antar meja satu dosen dengan dosen yang lainnya. Hal ini mengesankan ruangan sempit, dan ketika terdapat tamu ruangan terasa penuh dan sesak karena satu meja dosen yang hanya muat untuk satu orang. Selain itu arus kerja akan tersendat karena jalan atau lorong dalam ruangan yang hanya berukuran 1 meter. Seperti itu juga dengan ruang Pembantu Dekan I, II, dan III serta ruang Dekan FE.
Keempat ruang ini menggunakan layout tertutup. Dimana dalam ruang ada sekat antara ruangan Pembantu Dekan I, II, dan III yang tertutup. Tapi ruangan Pembantu Dekan I, II, dan III lebih luas sekitar 3x2 meteran. Selain itu ruangan Dekan pun seperti itu. Layout seperti ini bertujuan agar seorang PD dan Dekan dapat berkonsentrasi penuh dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu dapat menjaga privasi terhadap siapa saja tamu dari PD dan Dekan, tetapi disisi lain Dekan akan sulit mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh Pembantu Dekan I, II, dan III karena terhalang oleh sekat.

Kesesuaian ruang dengan standar  kantor menurut The Office Act
Hampir semua ruang kantor kecuali ruang PD dan Dekan banyak dijumpai beberapa tumpukan berkas yang tidak teratur di lantai baik dari letak tumpukan berkas yang berada di belakang kursi pegawai dan di pojok- pojok ruangan sehingga terlihat kotor. Misalnya dilantai 2 tepatnya ruang Kajian Dan Pengembagan UKM PE dan Akuntansi. Banyak sekali didapati berkas- berkas arsip tergeletak di lantai. Bahkan beberapa dosen tidak memiliki rak buku.
Begitu juga ruang Buletin sama, banyak berkas yang berada di tempat yang tidak semestinya.

Suhu dalam ruangan, semua ruang pegawai C6 FE lantai 1 dan 2 memiliki temperatur yang sejuk karena didukung dengan adanya AC dalam ruangan. Dari penerangan cahaya pun baik karena semua ruang memiliki jendela yang memberi cahaya cukup. Selain itu dalam ruangan dilengkapi dengan lampu berukuran cukup besar dan cahaya lampu bersifat langsung tanpa penutup sama sekali. Tapi terdapat beberapa lampu yang justru hanya terpasang, tetapi mati dan rusak. Hal ini menggambarkan kurangnya perawatan serta tidak ada jadwal penggantian terhadap inventaris ruangan yang sudah rusak.
Warna
Warna merupakan salah satu elemen terpenting dalam penataan ruangan yang berpengaruh terhadap karyawan. Begitu juga yang ada di gedung C6 lantai 1 dan 2. Hampir semua ruangan lantai 1 dan 2 memiliki kombinasi warna yang sama, yaitu kombinasi warna cokela-cream-kuning gading. Warna- warna tersebut merupakan warna tersier yang dibentuk dari warna- warna sekunder. Warna dapat memberikan dampak terhadap mood karyawan. Warna kuning gading dan cokelat pada tembok yang menunjukkan nuansa ketenangan dan memberikan pengaruh ringan serta semakin baik ketika diimbangi dengan warna aksesoris yang senada dan sekat pada ruang- ruang dosen dan karyawan. Warna lantai dan langit- langit di lantai 1 dan 2 juga memiliki warna senada yaitu kuning gading.

Tuesday, 6 November 2012

Analisis Korelasi


ANALISIS KORELASI

Bab ini membahas masalah pengenalan analisis korelasi dan teori korelasi. Setelah selesai membaca bagian ini maka pembaca akan dapat memahami:
  • Pengertian pengukuran asosiasi
  • Pengertian korelasi
  • Kegunaan teknik analisis korelasi
  • Pengertian korelasi dan  kausalitas
  • Pengertian korelasi dan linieritas
  • Asumsi dalam menggunakan korelasi
  • Karakteristik korelasi
  • Koefesien korelasi
  • Signifikansi
  • Interpretasi korelasi
  • Uji hipotesis dalam korelasi
  • Koefesien determinasi
 1.1  Pengertian
Korelasi merupakan teknik analisis yang  termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi / hubungan (measures of association). Pengukuran asosiasi   merupakan istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik dalam statistik bivariat yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak teknik-teknik pengukuran asosiasi, terdapat dua teknik korelasi yang sangat populer sampai sekarang, yaitu Korelasi Pearson Product Moment dan Korelasi Rank Spearman. Selain kedua teknik tersebut, terdapat pula teknik-teknik korelasi lain, seperti Kendal, Chi-Square, Phi Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson.
Pengukuran asosiasi mengenakan nilai numerik untuk mengetahui tingkatan asosiasi atau kekuatan hubungan antara variabel. Dua variabel dikatakan berasosiasi jika perilaku variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain. Jika tidak terjadi pengaruh, maka kedua variabel tersebut disebut independen.
Korelasi bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel (kadang lebih dari dua variabel) dengan skala-skala tertentu, misalnya Pearson data harus berskala interval atau rasio; Spearman dan Kendal menggunakan skala ordinal; Chi Square menggunakan data nominal. Kuat lemah hubungan diukur diantara jarak (range) 0 sampai dengan 1. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian hipotesis dua arah (two tailed). Korelasi searah jika nilai koefesien korelasi diketemukan positif; sebaliknya jika nilai koefesien korelasi negatif, korelasi  disebut tidak searah. Yang dimaksud dengan koefesien korelasi ialah suatu pengukuran statistik kovariasi atau asosiasi antara dua variabel. Jika koefesien korelasi diketemukan tidak sama dengan nol (0), maka terdapat ketergantungan antara dua variabel tersebut. Jika  koefesien korelasi diketemukan +1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) positif.
Jika  koefesien korelasi diketemukan -1. maka hubungan tersebut disebut sebagai korelasi sempurna atau hubungan linear sempurna dengan kemiringan (slope) negatif.
Dalam korelasi sempurna tidak diperlukan lagi pengujian hipotesis, karena kedua variabel mempunyai hubungan linear yang sempurna. Artinya variabel X mempengaruhi variabel Y secara sempurna. Jika korelasi sama dengan nol (0), maka tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut.
Dalam korelasi sebenarnya tidak dikenal istilah variabel bebas dan variabel tergantung. Biasanya dalam penghitungan digunakan simbol X untuk variabel pertama dan Y untuk variabel kedua. Dalam contoh hubungan antara variabel remunerasi dengan kepuasan kerja, maka variabel remunerasi merupakan variabel X dan kepuasan kerja merupakan variabel Y.

1.2  Kegunaan
Pengukuran asosiasi berguna untuk mengukur kekuatan (strength) hubungan antar dua variabel atau lebih. Contoh: mengukur hubungan antara variabel:
·        Motivasi kerja dengan produktivitas
·        Kualitas layanan dengan kepuasan pelanggan
·        Tingkat inflasi dengan IHSG
Pengukuran ini hubungan antara dua variabel untuk masing-masing kasus akan menghasilkan keputusan, diantaranya:
·        Hubungan kedua variabel tidak ada
·        Hubungan kedua variabel lemah
·        Hubungan kedua variabel cukup kuat
·        Hubungan kedua variabel kuat
·        Hubungan kedua variabel sangat kuat

Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria yang menyebutkan jika hubungan mendekati 1, maka hubungan semakin kuat; sebaliknya jika hubungan mendekati 0, maka hubungan semakin lemah.

 Korelasi dan Kausalitas
Ada perbedaan mendasar antara korelasi dan kausalitas. Jika kedua variabel dikatakan berkorelasi, maka kita tergoda untuk mengatakan bahwa variabel yang satu mempengaruhi variabel yang lain atau dengan kata lain terdapat hubungan kausalitas. Kenyataannya belum tentu. Hubungan kausalitas terjadi jika variabel X mempengaruhi Y. Jika kedua variabel diperlakukan secara simetris (nilai pengukuran tetap sama seandainya peranan variabel-variabel tersebut ditukar)  maka meski kedua variabel berkorelasi tidak dapat dikatakan mempunyai hubungan kausalitas. Dengan demikian, jika terdapat dua variabel yang berkorelasi, tidak harus terdapat hubungan kausalitas.
Terdapat dictum yang mengatakan “correlation does not imply causation”. Artinya korelasi tidak dapat digunakan secara valid untuk melihat  adanya hubungan kausalitas dalam variabel-variabel. Dalam korelasi aspek-aspek yang melandasi terdapatnya hubungan antar variabel mungkin tidak diketahui atau tidak langsung. Oleh karena itu dengan menetapkan korelasi dalam hubungannya dengan variabel-variabel yang diteliti tidak akan memberikan persyaratan yang memadai untuk menetapkan hubungan kausalitas kedalam variabel-variabel  tersebut. Sekalipun demikian bukan berarti bahwa korelasi tidak dapat digunakan sebagai indikasi adanya hubungan kausalitas antar variabel. Korelasi dapat digunakan sebagai salah satu bukti adanya kemungkinan terdapatnya hubungan kausalitas tetapi tidak dapat memberikan indikasi hubungan kausalitas seperti apa jika memang itu terjadi dalam variabel-variabel yang diteliti, misalnya model recursive, dimana X mempengaruhi Y atau non-recursive, misalnya X mempengaruhi Y dan Y mempengaruhi X.
Dengan untuk mengidentifikasi hubungan kausalitas tidak dapat begitu saja dilihat dengan kaca mata korelasi tetapi sebaiknya menggunakan model-model yang lebih tepat, misalnya regresi, analisis jalur atau structural equation model
           
Korelasi dan Linieritas
Terdapat hubungan erat antara pengertian korelasi dan linieritas. Korelasi Pearson, misalnya, menunjukkan adanya kekuatan hubungan linier dalam dua variabel. Sekalipun demikian jika asumsi normalitas salah maka nilai korelasi tidak akan memadai untuk membuktikan adanya hubungan linieritas. Linieritas artinya asumsi adanya hubungan dalam bentuk garis lurus antara variabel. Linearitas antara dua variabel dapat dinilai melalui observasi scatterplots bivariat. Jika kedua variabel berdistribusi normal dan behubungan secara linier, maka  scatterplot berbentuk oval; jika tidak berdistribusi normal scatterplot tidak berbentuk oval.
Dalam praktinya kadang data yang digunakan akan menghasilkan korelasi tinggi tetapi hubungan tidak linier; atau sebaliknya korelasi rendah tetapi hubungan linier. Dengan demikian agar linieritas hubungan dipenuhi, maka data yang digunakan harus mempunyai distribusi normal. Dengan kata lain, koefesien korelasi hanya merupakan statistik ringkasan sehingga tidak dapat digunakan sebagai sarana untuk memeriksa data secara individual.

Asumsi
1.      Kedua variabel bersifat independen satu dengan lainnya, artinya masing-masing variabel berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan lainnya. Tidak ada istilah variabel bebas dan variabel tergantung.
2.      Data untuk kedua variabel berdistribusi normal. Data yang mempunyai distribusi normal artinya data yang distribusinya  simetris sempurna. Jika digunakan bahasa umum disebut berbentuk kurva bel. Menurut Johnston (2004) ciri-ciri data yang mempunyai distribusi normal ialah sebagai berikut:
·         Kurva frekuensi normal menunjukkan frekuensi tertinggi berada di tengah-tengah, yaitu berada pada rata-rata (mean) nilai distribusi dengan kurva sejajar dan tepat sama pada bagian sisi kiri dan kanannya. Kesimpulannya, nilai yang paling sering muncul dalam distribusi normal ialah rata-rata (average), dengan setengahnya berada dibawah rata-rata dan setengahnya yang lain berada di atas rata-rata.
·         Kurva normal, sering juga disebut sebagai kurva bel, berbentuk simetris sempurna.
·         Karena  dua bagian sisi dari tengah-tengah benar-benar simetris, maka frekuensi nilai-nilai diatas rata-rata (mean) akan benar-benar cocok dengan frekuensi nilai-nilai di bawah rata-rata.
·         Frekuensi total semua nilai dalam populasi akan berada dalam  area dibawah kurva.  Perlu diketahui bahwa area total dibawah kurva mewakili kemungkinan munculnya karakteristik tersebut. 
·         Kurva normal dapat mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Yang menentukan bentuk-bentuk tersebut adalah nilai rata-rata dan simpangan baku (standard deviation) populasi.
·         X dan Y mempunyai hubungan linier. Hubungan linier artinya hubungan kedua variabel membentuk garis lurus.

Karakteristik Korelasi
            a. Kisaran Korelasi
Kisaran (range) Koefisien korelasi mulai dari 0 sampai dengan 1. Korelasi dapat positif  dan dapat pula negatif.
Korelasi sama dengan 0 mempunyai arti tidak ada hubungan antara dua variabel.  Korelasi sama dengan + 1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) positif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y juga naik.  
Korelasi sama dengan -1 artinya kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna (membentuk garis lurus) negatif. Korelasi sempurna seperti ini mempunyai makna jika nilai X naik, maka Y turun (dan sebaliknya).
                       

1.3.5  Koefesien Korelasi
Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 s/d -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah (dan sebaliknya). Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut (Sarwono:2006):
    • 0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
    • >0 – 0,25: Korelasi sangat lemah
    • >0,25 – 0,5: Korelasi cukup
    • >0,5 – 0,75: Korelasi  kuat
    • >0,75 – 0,99: Korelasi  sangat kuat
    • 1: Korelasi sempurna
Signifikansi
Apa sebenarnya signifikansi itu? Dalam bahasa Inggris umum, kata, "significant" mempunyai makna penting; sedang dalam pengertian statistik kata tersebut mempunyai makna “benar” tidak didasarkan secara kebetulan. Hasil riset dapat benar tapi tidak penting. Signifikansi / probabilitas / α memberikan gambaran mengenai bagaimana hasil riset itu mempunyai kesempatan untuk benar. Jika kita memilih signifikansi sebesar 0,01, maka artinya kita menentukan hasil riset nanti mempunyai kesempatan untuk benar sebesar 99% dan untuk salah sebesar 1%.
 Secara umum kita menggunakan angka signifikansi sebesar 0,01; 0,05 dan 0,1. Pertimbangan penggunaan angka tersebut didasarkan pada tingkat kepercayaan (confidence interval) yang diinginkan oleh peneliti. Angka signifikansi sebesar 0,01 mempunyai pengertian bahwa tingkat kepercayaan atau bahasa umumnya keinginan kita untuk memperoleh kebenaran dalam riset kita adalah sebesar 99%. Jika angka signifikansi sebesar 0,05, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 95%. Jika angka signifikansi sebesar 0,1, maka tingkat kepercayaan adalah sebesar 90%.
Pertimbangan lain ialah menyangkut jumlah data (sample) yang akan digunakan dalam riset. Semakin kecil angka signifikansi, maka ukuran sample akan semakin besar. Sebaliknya semakin besar angka signifikansi, maka ukuran sample akan semakin kecil. Unutuk memperoleh angka signifikansi yang baik, biasanya diperlukan ukuran sample yang besar. Sebaliknya jika ukuran sample semakin kecil, maka kemungkinan munculnya kesalahan semakin ada.
Untuk pengujian dalam SPSS digunakan kriteria sebagai berikut:
    • Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka hubungan kedua variabel signifikan.
    • Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
Interpretasi Korelasi
Ada tiga penafsiran hasil analisis korelasi, meliputi: pertama, melihat kekuatan hubungan dua variabel; kedua, melihat signifikansi hubungan; dan ketiga, melihat arah hubungan. Untuk melakukan interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel dilakukan dengan melihat angka koefesien korelasi hasil perhitungan dengan menggunakan kriteria sbb:
  • Jika angka koefesien korelasi menunjukkan 0, maka kedua variabel tidak mempunyai hubungan
  • Jika  angka koefesien korelasi mendekati 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin kuat
  • Jika  angka koefesien korelasi mendekati 0, maka kedua variabel mempunyai hubungan semakin lemah
  • Jika angka koefesien korelasi sama dengan 1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna positif.
  • Jika angka koefesien korelasi sama dengan -1, maka kedua variabel mempunyai hubungan linier sempurna negatif.

Interpretasi berikutnya melihat signifikansi hubungan dua variabel dengan didasarkan pada angka signifikansi yang dihasilkan dari penghitungan dengan ketentuan sebagaimana sudah dibahas. Interpretasi ini akan membuktikan apakah hubungan kedua variabel tersebut signifikan atau tidak.
Interpretasi ketiga melihat arah korelasi. Dalam korelasi ada dua arah korelasi, yaitu searah dan tidak searah. Pada SPSS hal ini ditandai dengan pesan two tailed.  Arah korelasi dilihat dari angka koefesien korelasi. Jika koefesien korelasi positif, maka hubungan kedua variabel searah. Searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y juga tinggi. Jika koefesien korelasi negatif, maka hubungan kedua variabel tidak searah. Tidak searah artinya jika variabel X nilainya tinggi, maka variabel Y akan rendah.
Dalam kasus, misalnya hubungan antara kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi sebesar 0,86 dengan angka signifikansi sebesar 0 akan mempunyai makna bahwa hubungan antara  variabel kepuasan kerja dan komitmen terhadap organisasi sangat kuat, signifikan dan searah. Sebaliknya dalam kasus hubungan antara variabel mangkir kerja dengan produktivitas sebesar -0,86, dengan angka signifikansi sebesar 0;  maka hubungan kedua variabel sangat kuat, signifikan dan tidak searah.

1.3.8. Uji Hipotesis
            Pengujian hipotesis uintuk korelasi digunakan uji T. Rumusnya sebagai berikut:
Pengambilan keputusan menggunakan  angka pembanding t tabel dengan kriteria sebagai berikut:
·        Jika t hitung > t table H0 ditolak; H1 diterima
·        Jika t hitung < t table H0 diterima; H1 ditolak 
      Kita dapat juga menggunakan kurva seperti di bawah ini:
Hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
 Hipotesis berbunyi sbb:
  • H0: Tidak ada hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
  • H1: Ada hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Hasil t hitung sebesar 3,6
T table dengan ketentuan α= 0,05 Degree of freedom: n-2, dan n = 30 diketemukan sebesar: 2,048. Didasarkan ketentuan di atas, maka t hitung 3,6 > t table 2,048. Dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya  ada hubungan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
 Disamping menggunakan cara diatas, cara kedua ialah menggunakan angka signifikansi. Caranya sebagai berikut:
 Hipotesis berbunyi sbb:
  • H0: Tidak ada hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
  • H1: Ada hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai
Angka signifikansi hasil perhitungan sebesar 0,03. Bandingkan dengan angka signifikansi sebesar 0,05. Keputusan menggunakan kriteria sbb:
    • Jika angka signifikansi hasil riset < 0,05, maka H0 ditolak.
    • Jika angka signifikansi hasil riset > 0,05, maka H0 diterima
 Didasarkan ketentuan diatas maka signifikansi hitung sebesar 0,03 < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Artinya  Ada hubungan signifikan antara kepuasan kerja dengan loyalitas pegawai.
 Dalam SPSS pengujian dilakukan dengan menggunakan angka signifikansi. Oleh karena itu dalam contoh analisis pada bab berikutnya akan hanya menggunakan angka signifikansi.
 Koefesien Determinasi
Koefesien diterminasi dengan simbol r2 merupakan proporsi variabilitas dalam suatu data yang dihitung didasarkan pada model statistik. Definisi berikutnya menyebutkan bahwa r2 merupakan rasio variabilitas nilai-nilai yang dibuat model dengan variabilitas nilai data asli. Secara umum r2 digunakan sebagai informasi mengenai kecocokan  suatu model.  Dalam regresi r2 ini dijadikan sebagai pengukuran seberapa baik garis regresi mendekati nilai data asli yang dibuat model. Jika r2 sama dengan 1, maka angka tersebut menunjukkan garis regresi cocok dengan data secara sempurna.
Interpretasi lain ialah bahwa r2 diartikan sebagai proporsi variasi tanggapan yang diterangkan oleh regresor (variabel bebas / X) dalam model. Dengan demikian, jika r2 = 1 akan mempunyai arti bahwa model yang sesuai menerangkan semua variabilitas dalam variabel Y. jika r2 = 0 akan mempunyai arti bahwa tidak ada hubungan antara regresor (X) dengan variabel Y. Dalam kasus misalnya jika r2 = 0,8 mempunyai arti bahwa sebesar 80% variasi dari variabel Y (variabel tergantung / response) dapat diterangkan dengan variabel X (variabel bebas / explanatory); sedang sisanya 0,2 dipengaruhi oleh variabel-variabel yang tidak diketahui atau variabilitas yang inheren. (Rumus untuk menghitung koefesien determinasi (KD) adalah KD = r2 x 100%) Variabilitas mempunyai makna penyebaran / distribusi seperangkat nilai-nilai  tertentu. Dengan menggunakan bahasa umum, pengaruh variabel X terhadap Y adalah sebesar 80%; sedang sisanya 20% dipengaruhi oleh faktor lain.
Dalam hubungannya dengan korelasi, maka  r2  merupakan kuadrat dari koefesien korelasi yang berkaitan dengan variabel bebas (X) dan variabel Y (tergantung). Secara umum dikatakan bahwa r2  merupakan kuadrat korelasi antara variabel yang digunakan sebagai predictor (X) dan variabel yang memberikan response (Y). Dengan menggunakan bahasa sederhana r2  merupakan koefesien korelasi yang dikuadratkan. Oleh karena itu, penggunaan koefesien determinasi dalam korelasi tidak harus diinterpretasikan sebagai besarnya pengaruh variabel X terhadap Y mengingat bahwa korelasi tidak sama dengan kausalitas. Secara bebas dikatakan dua variabel mempunyai hubungan belum tentu variabel satu mempengaruhi variabel lainnya. Lebih lanjut dalam konteks korelasi antara dua variabel maka pengaruh variabel X terhadap Y tidak nampak. Kemungkinannya hanya korelasi merupakan penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y. Sedang bagaimana pengaruh itu terjadi dan ada atau tidak kita akan mengalami kesulitan untuk membuktikannya. Hanya menggunakan angka r2 kita tidak akan dapat membuktikan bahwa variabel X mempengaruhi Y.
Dengan demikian jika kita menggunakan korelasi sebaiknya jangan menggunakan koefesien determinasi untuk melihat pengaruh X terhadap Y karena korelasi hanya menunjukkan adanya hubungan antara variabel X dan Y. Jika tujuan riset hanya untuk mengukur hubungan maka sebaiknya berhenti saja di angka koefisien korelasi. Sedang jika kita ingin mengukur besarnya pengaruh variabel X terhadap Y sebaiknya menggunakan rumus lain, seperti regresi atau analisis jalur.


1.4 Ringkasan
            Teknik analisis korelasi merupakan bagian dari teknik pengukuran asosiasi (measure of association) yang berguna untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel (atau lebih). Terdapat beberapa teknik analisis korelasi, diantaranya yang paling terkenal dan digunakan secara luas diseluruh dunia ialah teknik analisis korelasi Pearson dan Spearman.
Korelasi merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan dua variabel. Korelasi tidak secara otomatis menunjukkan hubungan kausalitas antar variabel. Hubungan dalam korelasi dapat berupa hubungan linier positif dan negatif. Interpretasi koefesien korelasi  akan menghasilkan makna kekuatan, signifikansi dan arah hubungan kedua variabel yang diteliti. Untuk melihat kekuatan koefisien korelasi didasarkan pada jarak yang berkisar antara 0 -1. Untuk melihat signifikansi hubungan digunakan angka signifikansi / probabilitas / alpha. Untuk melihat arah korelasi dilihat dari angka koefisien korelasi yang menunjukkan positif atau negatif.
            Konsep-konsep korelasi dalam bagian ini akan dijadikan sebagai pijakan atau landasan teori dalam menggunakan teknik korelasi di bagian-bagian berikutnya dalam buku ini. Oleh karena itu, pembaca perlu memahami konsep dasar korelasi sebelum menggunakannya.
           


*dari berbagai web