PENDAKIAN KE PUNCAK GN. PRAU WONOSOBO



PENDAKIAN KE

PENDAKIAN KE PUNCAK GN. PRAU WONOSOBO

PUNCAK GN. PRAU WONOSOBO


Salah satu gunung yang menjadi idaman dalam hidup saya adalah gunung Prau yang ada di daerah komplek Dieng Pletau di kabupaten Wonosobo. Sebenarnya gunung Prau adalah gunung kedua yang saya daki setelah gunung Ungaran di Semarang. Kali ini dengan ide gila, saya dan teman saya Atik bermaksud untuk melakukan pendakian nekat ke puncak Prau. Awalnya kami berencana hanya tiga orang (saya, atik, dan diah) berhubung kita semua perempuan jadi kita juga butuh laki-laki buat jaga-jaga saat pendakian. Akhirnya diyah mendapatkan anggota pendakian nekat 3 laki-laki. Mengapa saya katakan sebagai pendakian nekat? di sini hanya saya yang pernah mendaki gunung Prau, itupun setahun yang lalu. Kedua, kami semua tidak punya peralatan naik gunung yang mumpuni. Awal cerita saya berencana sesampainya di sana untuk menyewa perlengkapan seperti tenda, sb, matras, dll.

Rute perjalanan hari ini adalah kudus-demak-semarang-ungaran-ambarawa-temanggung-wonosobo-dieng
Hari itu pukul 8 pagi saya naik si kecil ke rumah Atik. Kami berdua nantinya akan start dari kota tercinta Kudus, sedangkan rombongan kedua akan berangkat dari Magelang. Kami berencana untuk ketemu di daerah Temanggung, tapi entah mau dikata apa akhirnya kami justru baru bisa bertemu di Wonosobo. Maklum, ternyata jarak Kudus- Wonosobo berbeda lumayan jika dibanding dengan Magelang-Wonosobo. Tapi ya sudah tidak apa-apa. Sampai di Wonosobo sekitar jam 1 siang, itu belum sampai di Dieng Pletau lho. Akhirnya kita sama-sama menuju ke Dieng Pletau, seperti ekspektasi kita sebelumnya ternyata kita sempat beberapa kali nyasar. Awalnya kami hampir mengikuti arah Dieng Pletau dengan jalan alternatif, tapi untuk tidak jadi. Kami memilih mengikuti jalan kota menyusuri alun-alun Wonosobo. Sekitar pukul 14.30 kami sampai di base camp pendakian gunung Prau, kita pun istirahat sebentar karena merasa pantat sudah panas sangat.

Awalnya kami bermasud untuk lihat-lihat dulu di kawasan Dieng Pletau, keliling ke arah Telaga Warna dan Telaga Pangilon. Kita masuk ke kawasan arah Telaga warna disetop, bayar dulu sebesar 8000 per orang. Akhirnya sampai juga kita ditempat parkir (bayar parkir), awalnya kita menyangka uang 8000 tadi sudah termasuk tiket ke area sekitarnya. Ternyata tidak, kita bayar lagi 7000 per orang utuk masuk ke Telaga Warna dan Pangilon. Mulai lah kami pikir-pikir utnuk meneruskan perjalanan ke objek lainnya. Akhirnya kita putuskan buat muncak saja ke gunung Prau.

 ini adalah spot kesukaan saat di Pangilon

Sekitar pukul setengah 5 kita balik ke parkiran pendakian, makan dulu karena perut sudah tidak bisa kompromi. Untung saja akhirnya kami menemukan tempat penyewaan peralatan naik gunung, kalau tidak entah kita berenam mau tidur di mana. Berikut adalah beberapa list harga barang yang kami sewa per satuan:
1.      Tenda (kapasitas 4-5 orang) = 45k
2.      Sb = 10k
3.      Matras = 5k
4.      Kompor = 25k
5.      Gas = 10k
6.      Nesting = 10k
Setelah persiapan dirasa sudah cukup, kita mulai pendakian puncak Prau. Awalnya kita santai, karena kami berpikir parkir sudah termasuk tiket muncak. Ternyata basecamp pendakian pindah, tak seperti dulu. Sampai di pos satu Sikut Dewo, kami dihadang oleh penunggu pos. Ternyata pendakian ke puncak Prau sekarang sangat berbeda dari tahun lalu, banyak sekali perubahan mencolok terutama tentang keamanan pendakian. Banyak sekali peraturan di sini, mau tidak mau kita membayar tiket masuk dua kali lipat dari harga normal yaitu 20.000. Payah, sudah hampir tipis uang yang dibawa.
Sepanjang pendakian hal yang harus diperhatikan oleh setiap pendaki adalah medan yang cukup licin. Medan dipenuhi oleh akar-akar pohon disekitar pendakian, ditambah saat itu musim hujan. Selain itu perlu juga diperhatikan adalah sandal atau sepatu gunung harus yang sesuai dengan medan. Waktu itu karena pendakian pertama bagi teman-teman saya, mereka memakai sepatu kets. Beberapa kali sepatu hampir terlepas dari kaki karena terlalu lengket dengan tanah yang basah. Kami berjalan perlahan namun pasti, sekitar pukul 10 malam kami sampai di puncak gunung Prau. Angin sangat kencang dan beberapa kali gerimis kecil turun. Hal itu menambah dinginnya tempat itu. Lalu kami mendirikan tenda yang sudah kami sewa sebelumnya, cukup lama kami mendirikan tenda karena tenda tersebut besar dan kami belum pernah mendirikan tenda seperti itu. Namun akhirnya setelah hampir satu jam, tenda dapat berdiri. Setidaknya bisa membantu kami untuk sembunyi dari angin yang bertambah kencang malam itu.
Akhirnya pagi saat melihat sunrise tiba, tapi sangat disayangkan hari itu seluruh langit ditutupi kabut. 
                                                                ini pas kita bertiga

Matahari sama sekali tidak menampakkan diri, selain itu pemandangan indah gunung Sumbing dan Sindoro yang biasanya sangat menawan sama sekali tidak terlihat. 

Harusnya pemandangan jika tidak berkabut seperti ini. Foto ini adalah pendakian pertama ke puncak Prau satu tahun sebelumnya. Indah bener.
Sekitar pukul 7 pagi, kami memutuskan untuk turun karena sepertinya cuaca seperti ini akan bertahan lama. Namun pandangan sekitar pukul 9 dari jalur pendakian sangat bagus. Nih,
 dengan atik pemandangan saat turun

ini kami semua

sekian singkat pengalamanku dan kawan-kawan saat ke puncak Prau Wonosobo. Salam bolangers dan jaga lingkungan ya,

Comments

Popular posts from this blog

TUGAS DAN WEWENANG ORGANISASI SPBU

DAFTAR SMP SE KABUPATEN KUDUS

Mangkunegara IV (Sembah dan Budiluhur)